Salam.”
Setelah itu, khalifah Harun Ar-Rasyid menyiapkan sebuah angkatan perang yang besar, maka berangkatlah ia beserta pasukan pada hari itu juga dan dia terus merangsek melewati Asia Kecil dan mencapai puncaknya tatkala dia dan pasukannya di suatu tempat bernama Heraclia. Perang ini merupakan peristiwa perang yang sangat masyhur dan sekaligus sebagai penaklukan kekaisaran Romawi yang gemilang. Akhirnya Neciphorus meminta perdamaian dengan cara bersedia membayar upeti setiap tahunnya. Harun Ar-Rasyid menerima tawaran tersebut.
Akan tetapi, setelah Ar-Rasyid kembali pulang ke Baghdad, Neciphorus berkhianat dan mengingkari kesepakatan yang dia ucapkan dengan menganggap bahwa Ar-Rasyid tidak akan lagi melakukan serangan di musim dingin. Namun ternyata Ar-Rasyid kembali menyerang walaupun harus berhadapan dengan kondisi yang sangat sulit, hingga akhirnya pihak Romawi Timur kembali meminta perdamaian dan diterima kembali dengan baik oleh Ar-Rasyid. Pada kali ini pihak kekaisaran Romawi itu membayar upeti kepada khalifah jauh lebih besar dari sebelumnya. Demikianlah khalifah Harun Al-Rasyid tidak pernah beristirahat hingga mencapai tujuannya dalam melakukan jihad. Pada tahun ini juga Ar-Rasyid berhasil menebus semua pasukannya yang telah ditawan di wilayah-wilayah Romawi akibat peperangan sebelumnya, sehingga tidak seorang tawanan pun tersisa di wilayah mereka.
Namun, pada tahun ini juga terjadi peristiwa politik dramatis di dalam kerajaan Bani Abbasiyyah. Ar-Rasyid memusnahkan seluruh keluarga Barmaki yang telah setia mengabdi selama bertahun-tahun di kerajaan Bani Abbasiyyah dari pemerintahannya. Keluarga Barmaki adalah keluarga yang berbangsa Persia dari Khurasan. Nama Barmaki sendiri diambil dari nama Khalid bin Barmaki yang memiliki peranan besar pada masa pemerintahan khalifah Abul Abbas As- Saffah dan khalifah Abu Ja’far Al Manshur. Dia pernah dipercaya oleh khalifah Al Manshur sebagai pimpinan pasukan perang. Dia meninggal dunia pada akhir pemerintahan khalifah Al Manshur atau pada zaman khalifah Al Mahdi. Keluarga Barmaki menjadi keluarga yang paling dekat dengan khalifah pada masa pemerintahan khalifah Al Mahdi. Khalifah Al Mahdi menjadikan anak Khalid, yaitu Yahya sebagai bagian dari anggota keluarga Al Mahdi sendiri.
Yahya bin Khalid Al Barmaki adalah anggota keluarga Barmaki yang paling hebat. Yahya Al Barmaki tinggal di dalam istana khalifah Al Mahdi dan menjadi pengasuh dan pendidik Harun Ar-Rasyid sejak Ar-Rasyid masih kecil. Harun Ar-Rasyid tumbuh besar di bawah penjagaan dan didikan Yahya bin Khalid bahkan menyusu kepada isteri Yahya bersama anak-anak Yahya. Harun Ar-Rasyid pun pernah memanggil Yahya dengan panggilan bapak. Sebab itu, setelah menjadi khalifah, Harun Ar-Rasyid mempercayai Yahya bin Khalid untuk menjadi salah satu menteri dalam pemerintahannya.
Menjelang tahun 187 H/803 Masehi, setelah memerintah selama kira-kira 17 tahun, khalifah Harun Ar-Rasyid mengambil keputusan yang nekad, yaitu bertindak menghapuskan kaum Barmaki dari kerajaannya. Langkah pertama yang dilakukan adalah membunuh anak dari Ja’far bin Yahya bin Khalid. Menurut pendapat terkuat yang dikemukakan para ahli sejarah, hal ini disebabkan perseteruan Ar-Rasyid dengan keluarga Barmaki memang dipicu oleh Ja’far bin Yahya yang dituduh membantu kabur seorang saudara Idris pendiri Dinasti Syiah Idrisiyah, yakni Yahya bin Abdullah bin Hassan dari penjara. Yahya bin Abdullah adalah seorang Syiah Alawiyyin, sehingga tersiak kabar bahwa Ja’far bin Yahya adalah seorang pendukung kaum Syiah itu. Berita Ja’far membebaskan Yahya pun sampai ke telinga Fadhl bin Rabi’ lewat mata-mata. Fadhl bin Rabi’, pun langsung menyampaikan berita tersebut kepada khalifah Harun Ar-Rasyid.
Kejadian ini menjadi awal mula dihembuskannya fitnah perseteruan antara Ar-Rasyid dengan keluarga Barmaki. Akibat suara-suara yang mengandung fitnah, Ar-Rasyid menuduh keluarga Barmaki lebih mengutamakan kepentingan pendukung Syiah daripada kepentingan sang khalifah. Sebab pada masa pemerintahan Ar-Rasyid sebelumnya pernah terjadi pemberontakan kaum Syiah Alawiyyin yang dicetuskan oleh Yahya itu sendiri dan saudaranya Idris bin Abdullah bin Hassan bin Al Hassan bin Ali bin Abi Thalib. Akhirnya, hanya dalam waktu satu malam keluarga Barmaki dimusnahkan dari istana Ar-Rasyid. Ja’far bin Yahya dibunuh secara keji melalui tangan seorang budak Ar-Rasyid yang bernama Masrur. Akan tetapi, khusus terhadap dua orang lagi tokoh keluarga Barmaki, yaitu Yahya bin Khalid dan anaknya Al Fadhl, Ar-Rasyid hanya berpuas hati untuk memenjarakan mereka. Kedua-duanya wafat di dalam penjara.
Mengenai peristiwa pembasmian keluarga Barmaki, tidak ada seorangpun ahli-ahli sejarah yang mengaku tahu sebab-sebab sebenarnya khalifah Harun Ar-Rasyid mengambil tindakan kejam itu. Namun, di antara pendapat yang mencuat, pendapat yang masuk akal menyebutkan bahwa itu disebabkan oleh pengaruh keluarga Barmaki yang semakin meluas dan besar dalam pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid, sementara di luar istana banyak para pendengki dan orang-orang iri hati yang tak rela melihat keluarga Barmaki memegang pengaruh, meskipun itu didapatkan keluarga Barmaki dengan cerdas, kerja keras, dan bijaksana. Akhirnya para pendengki itu pun melakukan cara-cara licik untuk mengadu domba mereka dengan Ar-Rasyid. Hingga terjadilah peristiwa yang mengejutkan itu.
Peristiwa itu mungkin menjadi satu catatan hitam dalam kisah kehidupan Harun Ar-Rasyid. Bagaimana pun, Ar-Rasyid juga seorang manusia yang tak sempurna dalam dunia yang tak sempurna. Dikemudian hari, Ar-Rasyid pun tampaknya menyesali, hatinya remuk tatkala mengingat tindakannya yang keji itu. Dengan lirih ia berkata, “semoga Allah melaknat orang-orang yang telah menghasut saya agar menghukum keluarga Barmaki. Sepeninggal mereka saya tidak bisa lagi merasakan satu pun kenikmatan atau pengharapan. Demi Allah, saya sudah membuang separuh umurku dan kekuasaanku. saya telah membiarkan mereka dalam keadaan yang menderita.”
Mungkin catatan kisah Ar Rasyid dalam peristiwa yang dramatik itu akan menjadi bahan pembahasan yang terus berlanjut tanpa habis. Namun tampaknya, itu hanya sebagian dari keseluruhan catatan sejarah dunia tentang kisah keshalihan, kepemimpinan, kebijaksanaan, dan pengajarannya yang begitu berjasa bagi peradaban dunia secara keseluruhan.
Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam An Nubala menyatakan bahwa Harun Ar-Rasyid termasuk khalifah yang paling terhormat, dan raja yang mengalami kejayaan, ia rajin menunaikan ibadah haji dan turun berlaga di medan jihad, mempunyai watak pemberani dan pandangan yang luas.