Jadi, proses merail ilmu tidak semua harus selalu diupayakan melalui proses belajar biasa, seperti membaca, menulis, berdiskusi, atau menyimak guru, tetapi juga bisa dengan bersungguh-sungguh mengikhlaskan diri dalam beribadah kepada-Nya dan dalam menjalankan peran sebagai khalifah-Nya sesuai dengan ketentuan-ketentuan-Nya.
Kebenaran Islam telah sempurna, final, dan universal. Islam tidak tunduk pada perenungan manusia, perubahan zaman, tempat maupun budaya. Bagi kita sebagai Muslim yang menyadari kewajiban menuntut ilmu dan memerlukan penjelasan ilmu yang pasti tentang agama dan inspirasi ilmu sains alam, sosial dan teknologi.
Telah ada sumber ilmu yang tetap dan bimbingan para otoritas keilmuan Islam, sejak dari Nabi Saw., para sahabat Nabi, ulama tabiin, tabiut tabiin hingga para ulama penegak kebenaran sepanjang zaman, tanpa kehilangan cara berpikir rasional dan saintifik.Â
Dalam Islam kita tidak akan mengalami kebingungan dan kekacauan pemikiran serta kehidupan seperti dalam relativisme, skeptisisme, sophisme, nihilisme dan lain sebagainya hingga akhir zaman.
Dengan spirit ‘wahyu memandu akal dan ilmu’, setiap manusia yang berakal sehat dengan segala kemampuan yang dimiliki dan keterbatasan yang ada padanya, sesungguhnya dapat mengenal dan mengakui kebenaran secara mutlak serta dapat menggapai kebebasan dan kebahagiaan sejati yang didambakannya.Â
Tentunya dengan kerangka pemikiran yang menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman utama, dan khazanah keilmuan Islam yang terbentang sejak dari zaman Nabi Muhammad Saw., para sahabat, tabiin, tabiut-tabiin serta para ulama yang ikhlas dan taat menjalankan serta memperjuangkan agama Islam pada zaman sekarang hingga akhir zaman sebagai tuntunan. Wallahu’alam bi as-Shawwab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H