Tentu kita menyadari, bagaimana pendidikan hari ini. pendidikan yang dikomersialisasikan. Lah wong gratis kok kata pemerintahne masih kudu bayar bae??? Oje meng kono toh!!! Piyee??? Pendidikan hari ini pun semakin terbatas milik si kaya yang bisa membeli kursi, si miskin hanya bisa jadi tukang lap kursi (bersih-bersih). Saat sudah bersusah payah menapaki jalan terjal demi mendapat gelar, masih ada tantangan. Dimana kini pengangguran lebih banyak yang terdidik bahkan lebih banyak pengangguran bergelar sarjana dari pada bergelar tamat SD. Dikarenakan tuntutan dari tamatan SD lebih mudah diwadahi ketimbang sarjana. Banyak sarjana kini tercetak sebatas tenaga kerja murah belaka, karena institusi pendidikan sekedar memberi kurikulum yang mengajarkan menjadi tenaga kerja. Kita juga dapat melihat, hampir 90% mahasiswa yang ditanya orientasi kuliah ialah "biar dapet gelar dan kerja yang bagus untuk meningkatkan taraf hidup". Lantas ingatkah dengan makna Tri Dharma Perguruan Tinggi? ingat dengan slogan agent of change dan agent of control????
Bagaimana negeri mau maju jika orientasi kita masih kita batasi dengan sendirinya. Dalam pergolakan idealisme mahasiswa, ada hal yang lucu, bahwa kini kita mendekati MEA. Belum selesai masalah setumpuk, ada lagi tantangan. tentu dalam hal ini mahasiswa harus berpikir lebih keras. Karena persaingan kedepannya tidak semudah membalikan telapak tangan??? Kelemahan masih banyak terbentur pada bahasa inggris. Lah, wong bicara depan umum aku aja masih malu toh??? Lantas??? Runyam....
Padahal pendidikan menjadi penentu bagi kemajuan negeri. Generasi berikutnya yang akan membawa negeri ini, bagaimana mau maju jika pendidikan kita masih memaksakan kehendak, semua harus dipelajari, waktu belajar yang padat, tugas menumpuk, praktek, ujian-ujian ???? bukankan pendidikan ialah untuk MEMERDEKAKAN DIRI??? MEMANUSIAKAN MANUSIA??? Ahh, ntahlah???
Tapi...tapii...tapiii..........
Ada secercah harapan baru dari tanah banten. tepatnya di pakupatan serang. YA!!!!
Sanggar Belajar untuk Rakyat. ini merupakan terobosan hasil kreatif mahasiswa bersama warga sekitar. Mahasiswa yang sedang melakukan pendataan terkait kartu jamkesmas pada 2013 ke masyarakat menemukan keadaan objektif saat mereka mendirikan posko pemiskinan. Pakupatan Serang termasuk wilayah dengan produktifitas warganya yang rendah, banyak anak-anak kecil berkeliaran disan, kualitas pendidikan pun masih rendah, perkembangan wilayah pun masih minim. warga biasanya berkumpul sekedar duduk santai atau bercanda tawa. Karena melihat potensi yang ada, maka atas musyawarah bersama berdirilah sanggar ini, YA! SBUR (Sanggar belajar untuk rakyat). disana, tenaga gurunya ialah sukarelawan dari mahasiswa-mahasiswa sekitar, buku-buku pun sumbangan dan pembangunan pun kolektif. Puji syukur sanggar itu telah berdiri. Minat anak-anak disana sangat luar biasa dan warga pun ikut antusias, jika guru-guru sukarelawan datang, orang tua dari anak-anak tersebut langsung memanggil anaknya untuk belajar disanggar. Yang menarik dari sanggar belajar ini adalah mereka menggunakan sistem yang berbeda, yaitu demokratis, gratis dan ilmiah. Disana setiap anak tidak ditekan harus belajar pelajaran tertentu, tapi sesuai apa yang ia sukai dan semisal ia ada PR dari sekolah formalnya pun akan dibantu menyelesaikannya. disana apabila anak kecil itu bosan, maka anak itu boleh memilih bermain yang ia suka, tidak dipaksakan terus belajar. Sehingga mentalitas anak akan terbuka dengan sendirinya dan lebih aktif. disan juga mengajar secara ilmiah, tidak sekedar belajar teori atau cara, tapi juga diajari bagaimana hal tersebut bisa terjadi menggunakan alat bantu yang mereka mengerti, sehingga mereka akan lebih berkembang dalam pola pikirnya karena melihat langsung proses terbuktinya suatu ilmu. Serta pendidikan disana tidak dipungut biaya sekecilpun, karena inilah salah satu bentuk dedikasi terhadap negeri ditengah carut marut dunia pendidikan.
Selain itu, ditekankan pula kearifan lokal disana, yaitu berhubung Banten kental akan budaya islaminya, maka atas musyawarah bersama dan melihat kebutuhan yang ada, maka diadakanlah pengajian ibu-ibu dan anak-anak tiap minggunya. Jika siang belajar akademis, malam menjadi waktu yang pas meningkatkan keimanan. Dan yang lebiiihhhhh menarik lagi, partisipan yaitu ibu-ibu mendirikan organisasi kemasyarakatan yaitu PIM (Persatuan Ibu Merdeka). Organisasi ini mengatur kebutuhan ibu-ibu, baik dari pengajian maupun mereka juga mengadakan senam pagi setiap hari minggu. Sungguh menarik!!! tawa bersama terlihat dalam setiap moment berkesan ini. mahasiswa dan masyarakat berbaur. Untuk selanjutnya sempat direncanakan akan diadakan ekonomi kreatif untuk menopang ekonomi terutama ibu-ibu disana. Kini sanggar itu pun tengah diperluas menjadi musholah walau masih berbahan kayu dan bilik. Semoga saja semangat tak penah pudar dan dapat merambat ke wilayah lainnya. Dari hal kecil kita sambut masa depan yang cerah!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H