Bayangmu masih nyata dalam peluk ingatanku
Pandang terus menerawang ruang tak terpandang
Bertualang menuju arah sepanjang kenang
Sekejap menyapa bulir yang mencoba terjun dari cela-cela mata
Barangkali isak masih menjadi budak sedihnya
Barangkali senyum masih pahit dengan jeritnya
Ini puisi hati dengan syair sesalnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H