Mohon tunggu...
Dera Haluer
Dera Haluer Mohon Tunggu... Novelis - Pujangga Gadungan

Aku Dera! Pujangga gadungan Penulis picisan yang lahir dari zaman kegalauan Ditakdirkan dengan keresahan karena tak bisa move on dari sang mantan Kemudian suatu waktu imaji hinggap dengan iseng menghibur perasaan Memberi titah agar tak hanya diam menahan lagi rasa penyesalan Katanya, "Kenapa tak kau tumpahkan saja jadi syair hiburan?"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Si Pengejar Kepastian Semu

1 Januari 2023   16:50 Diperbarui: 1 Januari 2023   17:00 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hai (Tersenyum)

Kita dulu bertemu dikala waktu berseru

Profesional kala itu. Batasan kedekatan dengan mu. Ingat?

Bukankah wajar untuk seorang atasan memberi perhatian. Itu rasa hormat!

Perasaan mu terlalu geer menanggapinya. Teramat..

Sampai hati merasa berbunga. Bermekar kian bersemi

Lantas dengan berani kamu malah membalas perhatian. Kok berlebihan.

Kenapa kamu seperti itu?

Hei...

Aku manusia! Punya hati untuk menyuka

Kamu hawa! Untuk alasan apa jika aku mulai tidak mencinta

Seribu balasan perhatianmu. Selamat untukmu (Tersenyum)

Berhasil membuatku terganggu. Aku bahagia kala itu

Waktu itu, dunia kemudian menjadi milik kita berdua. Kita tertawa..

Bahagia tak bosan terus menyapa

Asmara berbunga kian melambai mesra

Kebersamaan sudah menjadi nilai berharga

Saling suka, saling cinta, saling rindu

Apa yah ikatan kita waktu itu?

Yang pasti aku hanya tahu satu

Sang hati selalu berdesir bahkan cemburu

Tapi.. (Deru nafas memberat)

Waktu kian berlalu, bahagia tampak kian semu

Bukan karena apa. Itu karena ulahmu

Sebegitu perlunya kah kamu sebuah kepastian dari ku?

Aneh, kenapa pula kamu malah berkirim pilu

Kok malah bermain rasa dengan tamu baru

Berhasil. Aku cemburu. Si hati pilu 

Bukan kah aku sudah "pasti" mencintai mu?

Aku "pasti" menyayangimu

Tak cukupkah itu menjawabmu

Kamu selalu beranggapan aku tidak peka

Hanya karena kamu yang terus "berkata"

Apa kata "sayang" selalu membuat melayang?

Apa kata "I love u" selalu membuat mu terharu?

Maaf, aku memang sukar mengucapkan kalimat itu

Tapi apa dengan setia, aku tidak pernah membuatmu percaya?

Kamu terlalu mudah bermain pada rasa. Rasanya

Pernah kamu merasa tersiksa? Ya, oleh asa yang malah menjadi duka

Ya, kamu membuatku bahagia hingga terluka

Apa sih yang sebenarnya kamu harapkan dari hati?

Berharap karena ikatan akan menjadi sebuah kunci?

Tapi belum apa, kok kamu sudah membenci

Harusnya kamu tahu. Cobalah termenung

"Tidak terikat namun terhubung"

Ya terhubung. Bukankah kata itu yang selalu mendesirkan relung

Source: Blog of Perekah-Kata 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun