Mohon tunggu...
Dera Estuarso
Dera Estuarso Mohon Tunggu... Guru - -

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cantik Tapi Nakal

25 November 2010   01:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:19 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Good things tend to compound", kata Paul Bloom.
Diakui atau tidak, Matthew Effect seringkali (kalau bukan malah selalu) berpengaruh di masyarakat kita juga. Buktinya?

Cantik tapi Nakal.
Cantik kok Nakal.
Cakep kok Males Kerja.
Cakep-cakep bodoh... .dll

Kita berharap "good things to compound."
Selayaknya sikap positif diikuti dengan sikap positif lainnya. Ini berlaku juga sebaliknya untuk sikap yang dianggap negatif. Seringkali mengherankan melihat anak yang tampak biasa saja tapi cerdas luar biasa - kita tidak selalu siap mengantisipasi kemungkingkinan sikap positif muncul dari pemilik sifat yang dianggap tidak menguntungkan, seperti pendek, hitam, gemuk... we lah, ternyata pinter dan kaya...

MATTHEW EFFECT on EFFECT
Untuk para pendidik, "good things tend to compound." Hal baik cenderung bertumpuk. Kata kuncinya "cenderung". Kecenderungan itu berawal dari Matthew Effect yang dimunculkan masyarakat. Bagi yang memiliki atribut itu, Matthew Effect menjadi ramalan yang harus digenapi.

Seorang siswa yang cantik, mungkin lebih diperhatikan oleh gurunya dibanding siswa yang tidak cantik. Sang guru berasumsi (karena terkena Matthew Effect) bahwa siswa yang cantik tadi tentu juga pintar dan rajin. Bagi sang siswa, yang diperlakukan dengan khusus oleh gurunya, ini menjadi motivasi baginya untuk "menggenapi ramalan"gurunya dan terus berjuang sebaik mungkin membuktikan dirinya pintar dan rajin. Setelah terbukti demikian, sang guru menyimpulkan bahwa asumsinya benar.

Beginilah cara Matthew Effect bekerja dalam masyarakat kita.

UNTUK KITA
Kita tidak bisa menghindar dari Matthew Effect. Efek ini tidak selalu buruk, banyak orang telah memanfaatkan efek ini hingga dapat mencapai obsesi dan cita-cita mereka. Tetapi perlu juga kita waspada agar tidak termakan efek ini.

Misalnya, untuk para guru, perhatian diberikan bukan pada mereka yang pintar, rajin dan cantik saja. Barangkali siswa yang malas itu cerdas, malas karena cerdas, atau siswa yang berwujud fisik di bawah standar itu ternyata jago lari .dll.

Jangan lagi kita terlalu kaget sewaktu mengatakan, "Ayu ning Bodo."
Itu bisa terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun