Mohon tunggu...
Depy Mulyani
Depy Mulyani Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 125 OKU

Seorang pendidik yang ingin selalu memberikan kebermanfaatan dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Menulis adalah kegemarannya. Ia juga menyukai alam sebagai bagian dari sebuah pembelajaran hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

30 Hari Milik Tsurayya

7 November 2022   09:07 Diperbarui: 7 November 2022   09:11 1735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aya, nama panggilan kecil untuk seorang anak perempuan cantik bernama lengkap Tsurayya Humaira. Wajah bulat dengan bibir merahnya juga rambut keriting yang ditutupi jilbab, sangat menggemaskan siapapun yang melihatnya. Aira tersenyum menatap kaki-kaki mungil itu berlari dengan lincahnya kesana kemari penuh canda tawa. Namun, dia selalu saja menangis kala mengingat kejadian tiga setengah tahun yang lalu itu. Trauma berkepanjangan yang hingga kini masih dirasakannya.

"Bunda ... tangkap aku! Ada aelnya di sini," suara dengan aksen R yang belum jelas itu memanggil Aira. Menghamburkan segala lamunan masa lalu mereka.

"Iya, Nak! Hati-hati yah!" jawab Aira dengan mata berkaca-kaca.

Waktunya kembali ke rumah setelah hampir dua jam lamanya mereka mengisi waktu di taman kota seperti biasanya. Yah, ini adalah hari ketiga Aya menjalankan ibadah puasa pertamanya di bulan Ramadan. Usia gadis kecil yang belum genap empat tahun itu, merengek pada sang bunda bahwa dirinya ingin sekali berpuasa. Dia ingin menjadi bidadari surga, katanya. Tentu saja Aira sangat terharu mendengar polosnya bibir itu berbicara.

"Bunda ... bunda ... sebental lagi malgib ya?" tanya Aya yang berdiri di bagian depan motor matic sang Bunda sambil menoleh dengan mata yang berkedip-kedip tertiup angin.

"Iya, Sayang. Sabar yah, bunda sudah buatkan kue kesukaan Aya."

"Yeayyy ... cepet Bunda. Aya udah gak sabal lagi. Pelutnya udah belbunyi."

Suara Azan magrib berkumandang. Aya bersama kedua orangtuanya duduk melingkar menghadap pada hidangan berbuka puasa yang sangat memanjakan mata, mulai dari gorengan tahu, kurma hingga es kopyor. Bibir kecil itu bergerak-gerak dengan matanya yang terpejam dan kedua tangan menengadah ke atas.

"Aamiin" ucapnya. Anjas dan Aira saling berpandangan lalu tersenyum melihat tingkah Aya.

Aya memanglah anugerah terindah yang dihadiahkan untuk mereka. Di usianya saat ini, Aya sudah hampir selesai menghafalkan juz 'Amma. Sedari dalam kandungan, Aira memang selalu melantunkan ayat Alqur'an dan juga memperdengarkannya melalui speaker Qur'an. Hal itu berlanjut saat Aya telah terlahir ke dunia. Meski pelafalannya belum sempurna, tapi Aya begitu lancar dan sangat menikmatinya. Ramadan tahun ini menjadi yang teristimewa, karena Aya mengajukan diri untuk ikut belajar berpuasa.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun