Mohon tunggu...
Depy Mulyani
Depy Mulyani Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 125 OKU

Seorang pendidik yang ingin selalu memberikan kebermanfaatan dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Menulis adalah kegemarannya. Ia juga menyukai alam sebagai bagian dari sebuah pembelajaran hidup.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesimpulan dan Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara

6 November 2022   01:58 Diperbarui: 6 November 2022   02:00 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar di alam ( Koleksi Pribadi )

Mendidik adalah menuntun. Bukan sekadar menggenggam tangan lalu mengarahkan pada apa yang kita mau dan kita tuju. Sebagai seorang pendidik di Kecamatan terujung Kabupaten Ogan Komering Ulu, tepatnya di sebuah sekolah yang berada di pinggiran Sungai Ogan yaitu SD Negeri 125 OKU. Saya Depy Mulyani merasa terpanggil untuk menyelami apa dan bagaimana mendidik itu. Adanya Program Pendidikan Guru Penggerak memberikan jawaban satu per satu dari pertanyaan yang selama ini masih belum terselesaikan.

Awalnya saya berpikir, menjadi seorang guru berarti menjadikan murid sebagai objek yang harus mengikuti apa yang kita mau. Duduk di bangku masing-masing dengan kedua tangan terlipat di atas meja lalu pandangan lurus ke depan dan diam mendengarkan. Dulu pun saya menganggap, kelas yang selalu hening adalah sebuah pertanda keberhasilan gurunya. Semua murid harus mengikuti setiap aturan yang guru berikan tanpa bertanya kembali pada mereka, bagaimana pendapatnya. Bahkan murid-murid dianggap gagal jika nilai mereka tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam sebuah pelajaran.

Setelah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, dalam pembelajaran modul 1.1 mengenai Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Saya merasa tertampar dengan apa yang dipaparkan oleh KHD. Bahwa setiap anak memiliki kodratnya masing-masing. Mereka tumbuh berdasarkan kodrat alam dan kodrat zamannya. Setiap diri mereka adalah unik artinya tidak ada yang sama persis satu dengan yang lainnya. KHD pun mengartikan sebuah pendidikan sebagai proses menuntun diri anak agar kelak selamat dan bahagia baik sebagai manusia maupun masyarakat. 

Pendidik dianalogikan sebagai seorang petani ataupun tukang kebun yang sedang menanam. Sebuah padi misalnya, tanaman padi akan tetap menjadi padi saat ia tumbuh nanti, tidak mungkin padi menjadi tanaman jagung. Tugas petani hanyalah menyediakan lahan yang baik, dengan terus mengairinya serta memberinya pupuk lalu mengawasi dari berbagai hama tanaman yang akan mengganggu pertumbuhannya kelak. Semakin baik ia merawatnya, maka hasilnya tentu akan baik pula. Begitulah seorang pendidik, Ia mempunyai tugas untuk mengarahkan murid-muridnya agar kelak mereka memiliki kecakapan hidup saat dewasa. Pendidik mempunyai peranan yang sangat besar, karena hal kecil apapun yang Ia lakukan pasti meninggalkan makna bagi anak-anak muridnya.

Dari pemikiran-pemikiran tersebutlah, kemudian saya mulai membuka mindset bahwa mendidik bukan hanya menuntaskan materi di kelas, melainkan bagaimana caranya membuat murid-murid merasa bahagia saat pembelajaran berlangsung juga setelahnya. Bagaimana mereka mendapat pengalaman belajar yang menyenangkan tanpa merasa tertekan dengan 'beban' kompetensi yang harus dicapai. Pemikiran KHD tentang kemerdekaan pada diri anak, tentu sejalan dengan konsep merdeka belajar yang saat ini dijalankan oleh pemerintah. 

Dengan memberikan kemerdekaan pada murid untuk memilih sendiri cara belajar mereka, membuat konsep guru sebagai pusat pembelajaran mengalami perubahan. Muridlah yang menjadi pusat pembelajaran, sehingga segala sesuatu berasal dari murid dan untuk murid itu sendiri. 

Saya pun kemudian mulai memahami, jiwa anak-anak yang selalu ingin bermain membuat mereka selalu senang saat melakukannya. Sehingga, dalam setiap pembelajaran, saya pun berusaha untuk terus berinovasi memasukkan konsep bermain di dalamnya. Pembelajaran jadi terasa menyenangkan dan proses memahami materi tidak sesulit yang mereka bayangkan. Anak-anak diberikan kebebasan untuk memilih cara belajarnya namun tetap dalam pengarahan.

Sistem among sebagaimana pemikiran KHD yang kita kenal selama ini yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tu Wuri Handayani yang memberi pengertian bahwa seorang guru haruslah memberikan contoh yang baik, memberikan semangat pada muridnya juga memberikan dorongan atau menjadikannya mandiri tentu harus dijadikan sebagi ruh agar murid mencapai sebuah kemerdekaan. 

Tentu saja untuk mencapai itu, KHD pun mengingatkan kepada pendidik untuk menuntun murid dalam mencapai kodratnya agar sesuai dengan alam dan zaman menggunakan Asas Trikon yaitu Kontinyu, Konvergen dan Konsentris. 

Bagaimana pendidik harus merencanakan dan mengembangkan secara berkesinambungan, menyatu dengan alam dan masyarakat, lalu bisa menuntun murid memiliki pemikiran terbuka terhadap segala bentuk sumber belajar dengan cara mengambil praktik baik dari kebudayaan orang lain serta menuntun murid berdasarkan kepribadia, karakter dan budayanya. Saya menyadari, bahwa dengan Asas Trikon tersebut, kita sebagai pendidik akan mampu menghadapi derasnya perubahan kodrat zaman seperti revolusi abad 21 ini. Dimana kita dituntut untuk bisa berpikir kritis, solutif, kreatif dan inovatif juga komunikatif dan bisa berkolaborasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun