Mohon tunggu...
depra rasio
depra rasio Mohon Tunggu... Administrasi - Staf di Sekolah Tinggi

Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

SeratusHariMenulisNovelFC_Aku Ini Siapa? (9)

29 Maret 2016   16:10 Diperbarui: 30 Maret 2016   08:56 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

3. Sosok Ayah (Part 3)

 

 “Masalah motormu tenang saja, nanti ada kawan saya dari Pasar Bong ang antar kesini, aku sudah minta tolong dia” kata Pak Salim

 

Aku dan Fajar tersenyum bersyukur mendengar hal itu.

Perlakuan Pak Salim juga istrinya sangat baik kepada kami, 

kami bahkan sebelumnya sudah diajak makan malam bersama. 

Tiba-tiba saja putri kecil Pak Salim datang dari dalam kamar, 

dia berlari menuju ayahnya tanpa memedulikan keberadaaanku dan Fajar. 

Aliyah, itulah nama putri kecil Pak Salim, dia mengajak ayahnya bermain.

“Ayah-ayah gini lho” 

sambil membuka kedua telapak tangannya, 

Aliyah meminta ayahnya melakukan hal serupa, Pak Salim pun menurutinya. 

Aliyah lantas bernyanyi sambil menepukkan telapak tangannya 

ke telapak tangan ayahnya.

 

“Pok pok pok dem dem dem...
Ji walang kaji kokok beluk dem dem dem...
Cang kacang lombok abang melungker...
Siti nang kali bagong nang embong...
Plekenuuu....t”

 

Lho bait terakhirnya kok jadi gitu? gumamku dalam hati. 

Mestinya ini nih lanjutannya

Siti njaluk rabi tak olehno asu mbaong...

(tapi mungkin memang ga enak ya, masa’ lagu anak-anak 

isinya njaluk rabi = minta kawin. 

By the way plekenuuu...t artinya apa ya? 

Whatever-lah yang penting ga minta kawin)

 

Wah ini lagu dolanan (permainan) lawas versinya Aliyah. 

Lagu ini begitu populer di kalangan anak-anak tempo doeloe terutama 

di Surabaya dan sekitarnya. Ternyata di Jawa Tengah dan 

Jogjakarta juga ada lho dengan sedikit redaksi yang berbeda. 

Kalo anak-anak kecil zaman sekarang mungkin sangat sedikit yang tahu, 

mereka mungkin lebih tahu Let it go dari pada pok pok ini atau 

lebih senang main gadget yang justru bisa berpotensi penurunan 

kemampuan bersosialisasi anak. 

Tapi Aliyah ternyata masih mewarisi lagu ini dari keluarganya 

dengan versi dan gayanya sendiri. Ayah dan anak itu tertawa berbahagia, 

aku dan Fajar yang melihatnya juga turut senyum-senyum 

melihat keceriaan Aliyah. Fajar bahkan kemudian ikut 

menggoda Aliyah, keduanya lantas tertawa. 

 

Pandanganku tertuju pada sosok Pak Salim, 

dia tidak hanya telah menyelamatkan aku dan Fajar 

dari sindikat yang mengerikan, tetapi juga menampilkan 

kepada kami sosok Ayah. Meskipun telah seharian dia bekerja, 

tak nampak kelelahan di wajahnya ketika putri kecilnya menyambut. 

Dengan suka hati dia menggendong putrinya, 

didengarkannya cerita dari anaknya dengan penuh perhatian, 

dia pun tak malu-malu bermain dan bernyanyi bersama putrinya. 

Sungguh Pak Salim, engkau adalah seorang ayah. 

Ingin rasanya aku memiliki ayah seperti beliau. 

 

Sekalipun tidak setiap saat engkau menemani putra-putrimu

Tapi sungguh sedetik dalam dekapanmu adalah keceriaannnya

 

Memang tanganmu tak selembut sutra

Suaramu juga tak semerdu sang diva

Wajahmu juga tak seelok bintang muda 

 

 Tapi....

Tangan itulah yang bisa melindungi dan mengayomi mereka

Suara itulah yang bisa mengajarkan kehidupan pada mereka

Wajah itulah yang bisa menyalakan semangat mereka

 

Ayah...

Engkaulah perisai

Engkaulah pelita hati

Engkaulah asa mimpi

Bagi kami putra-putrimu

 

***

 

Yusuf S Wiyono, nama itulah yang aku ketahui di lembar akta kelahiranku sebagai nama ayahku.

 

bahwa di Surabaya        pada tanggal Dua Belas Maret                        

tahun Seribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh Delapan            telah lahir

                           ARIS MAULANA WIYONO                            

anak ke Satu dari Ayah Yusuf S Wiyono dan Ibu Suhartiningsih         

 

Entah bagaimana caranya ayah dan ibuku bisa menguruskan akta kelahiranku eperti itu. Padahal mereka sebenarnya tidak tahu secara pasti tanggal berapa 

aku lahir, tapi tanggal 12 Maret yang kemudian dipilih sebagai tanggal lahirku. 

Semenjak Ayah meninggalkan Ibu, Ibu selalu mengatakan kepadaku bahwa 

Ayahku sudah tidak ada dan meminta supaya penulisan namaku cukup Aris Maulana 

tanpa Wiyono. Ibu tidak pernah menceritakan sama sekali perihal masa lalu 

ayah bagaimana. Nampaknya Ibu sangat marah dan sakit hati terhadap ayah. 

Aku bahkan sudah lupa wajahnya seperti apa, satu hal yang pernah aku dengar 

dari Ibu ketika berbicara dengan nenek, bahwa Ayahku bekerja di kapal, 

dia biasa berkeliling dari satu daerah ke daerah lain dengan membawa berbagai 

komoditi, ya... Ayahku adalah seorang pelaut. Jika saja ayah masih berada 

di sisiku sekarang, barangkali aku tidak akan kesulitan untuk mengetahui 

keluarga kandungku, yah..  setidaknya barangkali Ayah Yusuf memiliki petunjuk 

tentang masa laluku. Sayang aku tidak tahu keberadaan ayah, 

Pak Lek juga tidak tahu. Kami benar-benar putus hubungan.

 

***

 

Aku dan Fajar memutuskan untuk menginap di rumah Pak Salim. 

Fajar sudah berhasil menghubungi keluarganya via smartphone-nya 

yang telah di charge. Dia menjelaskan semua yang terjadi, dan 

keberadaannya sekarang di rumah Pak Salim. 

Jam sepuluh malam, dua orang kawan Pak Salim datang dan 

mengantarkan motor Fajar. Alhamdulillah, aku dan Fajar akhirnya 

bisa tidur tenang, meskipun harus tidur di ruang tamu, karena 

memang rumah Pak Salim hanya ada satu kamar saja.  

Kami memang tidak mendapatkan petunjuk apa-apa hari ini, 

tapi setidaknya aku dan Fajar sudah bisa selamat dari 

kejahatan yang luar biasa. 

 

 

Tengah malam aku terbangun. Kulihat Fajar disampingku sedang 

tertidur pulas. Aku berdiri, samar-samar kulihat seperti sebuah 

sertifikat atau ijazah yang menggantung di tembok. 

Tadi aku tidak seberapa memerhatikannya, karena memang

letaknya di pojok, seperti di taruh sekenanya. 

Aku mendekat dan kulihat dengan seksama tulisan dalam 

sertifikat atau ijazah itu, Ternyata itu adalah sebuah ijazah 

Mualim Pelayaran Intersuler (MPI) atau sekarang disebut 

Ahli Nautika Tingkat IV (ANT IV). ANT IV adalah keahlian perwira-perwira

kapal antar pulau, tugasnya antara lain mengatur muatan, 

persediaan air tawar dan sebagai pengatur arah navigasi. 

 

Jadi Pak Salim adalah seorang pelaut juga, tapi mengapa dia sekarang berhenti?

 

Tapi perhatianku sesungguhnya adalah pada nama dalam 

ijazah tersebut, Yusuf Salim,

Nama itu... Nama itu sangat mirip dengan nama ayahku 

Yusuf S Wiyono,

 

Apakah S dalam nama ayahku adalah Salim???

Apakah Pak Salim adalah Ayahku???

 

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun