3. Sosok Ayah (Part 2)
Sesosok gadis kecil, mungkin usia lima atau enam tahun, berambut panjang, berteriak kegirangan menghampiri Pak Sopir pick up yang baru saja keluar dari mobilnya, “Ayah....” Laki-laki paroh baya itu segera menyambut dan menggendong putri kecilnya. Dia mencium pipinya, gadis kecil itu tertawa riang dan segera menceritakan apa-apa yang dia alami hari ini.
Sang ayah tersenyum manggut-manggut kepada putrinya,
pandangan matanya hanya tertuju kepada putrinya saja.
Sungguh pemandangan yang langka bagiku,
karena hanya sekejap saja aku merasakan sosok ayah.
Wahai Ayah dimanakah engkau berada kini?
Engkau pasti tahu kalau aku bukan putra kandungmu?
Apakah karena itu engkau tega meninggalkan aku dan
membiarkan Ibu sendiri? Oh... Ayah.
Sambil menggendong putrinya, pak Sopir itu mendatangi aku dan Fajar.
“Ayo sini, turun, mampir dulu ke rumah bapak”
Sementara gadis kecil itu memandangi kami berdua, dengan tatapan penuh tanya.
Barangkali dia bertanya dalam hati, dari mana datangnya dua pemuda
berwajah lusuh ini? satunya cepak berbadan besar dan satunya kurus.
“Ayo adik salim ke mas-masnya ini” sela pak Sopir.
Gadis kecil itupun menurut saja. Kami berdua lantas turun,
mengikuti ayah dan anak itu berjalan, memasuki gang sempit
di samping Pos Kamling.
***
Pak Salim, nama itulah yang diperkenalkan beliau kepada kami.
Rumahnya sederhana, untuk memasukinya harus melewati gang sempit,
perabotan di dalamnya juga standar saja, tidak ada sesuatu yang mewah.
Sehari-hari beliau bekerja sebagai sopir yang hilir mudik mengangkut
barang pesanan, kadang di Pasar Slompretan, Pasar Atom,
Pasar Turi, kawasan Kramat Gantung, dan sekitarnya.
Rumahnya terletak di perkampungan di kawasan Perak,
tepatnya di Jalan Ikan Mujaer. Perkampungan di kawasan ini memang
dinamakan dengan nama-nama ikan, ada ikan dorang, ikan lumba-lumba,
ikan mungsing, ikan gurame, ikan kerapu, dan yang cukup keren
namanya adalah ikan cucut alias ikan hiu.
Pak Salim menceritakan bahwa dia menduga orang-orang yang mengejar kami di kawasan Slompretan tadi adalah sindikat jual beli organ tubuh. Mereka mencari anak-anak muda yang diperkirakan
memiliki kemiripan fisik dengan calon penerimanya.
Meskipun sebenarnya proses cangkok organ tubuh membutuhkan
prasyarat tertentu, tetapi mereka berani berspekulasi,
karena yang membutuhkan juga banyak.
Saat ini saja rata-rata setiap 10 menit ada 1 orang yang mendaftar
pada daftar tunggu pasien transplantasi organ tubuh.
Mereka memperdagangkan organ tubuh melalui pasar gelap secara ilegal,
sehingga ini menyangkut perputaran uang dengan jumlah
yang sangat besar. Bayangkan saja satu organ ginjal bisa dihargai
sampai 300 juta, di China harganya 700 juta, sedang di Amerika bisa
lebih dari 1 milyar. Belum organ tubuh lain, seperti jantung,
hati, pankreas, paru-paru, kantong empedu, usus kecil, sepasang bola mata,
bahkan kulit juga dijual per inchi. Sindikat ini juga melibatkan beberapa
dokter ahli di beberapa rumah sakit dalam dan luar negeri,
juga rumah-rumah pemakaman untuk mencuri organ dari orang
yang sudah meninggal, ya... Jaringan sindikat ini sudah bersifat global.
Anak-anak jalanan di kota-kota besar serta orang-orang yang tersesat
seperti kalian tadi adalah mangsa empuk bagi sindikat ini.
Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang mengejar kalian di Slompretan tadi adalah cara yang kasar, biasanya itu dilakukan karena mereka
sudah punya target yang belum terpenuhi. Penculikan dan pembunuhan
adalah salah satu modus sindikat ini. Di Pasuruan pernah ditemukan mayat
seorang anak usia sekitar tujuh tahun, bola mata, hati dan jantungnya hilang,
sebelumnya dia diberitakan telah hilang diculik.
Modus lainnya mereka menipu korbannya dengan membeli organ tubuhnya
dengan harga puluhan juta padahal mereka menjualnya
ratusan juta bahkan milyaran. Mereka menawari orang-orang yang
ekonominya pas-pasan, mau tidak menjual ginjalnya dengan
harga 50 atau 60 juta. Uang segitu bagi orang-orang miskin pasti
sangat menggiurkan, tetapi mereka tidak menyadari kalau ada
resiko dari donor ginjal. Tapi modus yang lebih kejam lagi adalah
mereka mengadopsi bayi-bayi yang kemudian dibesarkan
hingga usia remaja lantas mereka dibunuh dan organ-organ
tubuhnya diambil dan dijual.
Aku dan Fajar tercekat kaku mendengar cerita Pak Salim.
Wiiih ngeri sekali ...... Makanya hati-hati ya kawan kalau lagi sendirian
apalagi yang mempunyai adik atau anak yang masih kecil.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H