Mohon tunggu...
Depitriadi Putra Piliang
Depitriadi Putra Piliang Mohon Tunggu... -

Nama lengkap : Depitradi Tempat tgl lahir : Sungai Penuh,17 februari 1991 Pekerjaan : Mahasiswa S1 universitas Andalas Agama : Islam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Puisi Depitriadi Jilid I

2 Agustus 2012   07:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:19 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

" PEKIK "

Ini romantika seikat bunga dari kebun tetangga.

Bunga yang tidak terlalu buruk untuk dipandang.

Juga tak terlalu busuk untuk dicium.

Hanya saja, terlalu rumit untuk dijadikan sebuah hiasan.

Terdengar cerita, bunyinya adalah sebuah kabar yang sungguh jauh dari sebuah legenda.

Bunga serupa akan menghiasi varian hiasan kebun milik kita.

Itu barangkali hembusan akan kehausan pengharapan.

Harapan yang tersedia sekaligus menjadi penutup sebuah romantika.

/

Terpecah pekik seorang manusia.

Sungguh masih pagi pada masa itu.

Getaran bariton membuat fajar seakan takut untuk menyingsing awan.

Daunan pun seakan enggan berkeringat embun.

Tekanan demi tekanan memenuhi sebatang kerongkongan.

ooo.. Betapa ku sungguh tak ingin berdusta.

Raut wajah yang ku lihat menyamarkan mataku untuk memberi perbedaan,

yang mana seonggok tinja, dan mana sekumpulan manusia.

Ini jelas menuntutku harus berspekulasi.

Semoga tidak salah dalam memilih.

Ternyata aku tak sempat menggenggam pilihan.

Dentuman senjata lebih dahulu membuyarkan konsentrasiku.

Mereka berlarian dan saling menebas.

Tak peduli itu daun kering atau putik bunga sekalipun, detik itu juga harus gugur.

Benturan hasrat, melupakan hakikat manusia dan alam.

Seperti buih yang menindih kepekatan suasana tenang.

Bertukar, berbaur, terasa sungguh sangat jauh.

Antara manis dan pahit terpapar sebuah kontradiksi.

Aku ada ditempat mereka.

Ditempatku, mereka ada.

Terabaikan.

Terasingkan.

Hujan yang perlu air,namun tak perlu basah.

Pertanyaan yang muncul dariku.

Dimanakah kesucian yang bernama HAK itu berada.

Tak ada benang yang tak berujung dan berpangkal.

Tak ada pekikan tanpa alasan.

Perlu kembali ke yang suci untuk mengetahuinya.

//

Akhirnya bunga itu tak jadi bermekaran.

Hanya putik yang memberi harapan, tumbuh tapi terlihat layu.

Mungkin bunga kita teracuni pupuk milik tetangga.

Padang, 10 Des 2011

Top of Form

‎"TAK SEMPURNA"

Kukalungkan hati yang kau berikan
Kulingkarkan dijariku yang tak lentik
Kulingkarkan ditangan yang tak begitu kuat
Itu bukti aku menerima titipan mu

Bila nanti kita berlabuh di tepi jurang
Ada canda yang akan menyelamatkan kita
Ada tawa yang akan meraih kita
Ada tangis yang akan membendung kita

Bila nanti kita tiba disurga
Ada sayang yang menemani kita
Ada cinta yang mengingatkan kita
Ada rindu yang menuntun kita

Itu bila nantinya kita sampai disini
Ada benci yang menyapa kita
Ada amarah yang melambungkan kita
Ada nafsu yang mencumbuikita

Itu bila kita sampai pada kesempurnaan nantinya
itu adanya di utara

Agustus, 2011

Top of Form

‎"Cakralawa Rasa"

Terpejam langit yang sudah tak berdaya
Pecahkan keheningan yang luka
Berkeping menjadi potretan-potretan yang merdu
Serasi
Berseri

Kepergiannya tidak dibiarkan
Diterpa oleh keagungan dan keingin untuk berjumpa lagi
Retak keras dipoles dengan lembutnya harapan
Lepaskan kerinduan akan hal yang lama tak dirasa

Menebarkan kemilau ruang penuh jarum
Diterima kehendak yang tidak terpuaskan
Kuasa yang tak mampu dibendung
Tak juga di lawan

Kelopak mekar terkapar hina
Hilang dalam gemilang kecemburuan
Tak terima kemanapun perginya
Meski kepergian itu diinginkan

Pertemuannya nanti
Rentetan yang harus terkilaukan
Meski itu keinginan semu
Dibalik pengharapan aku tetap menunggu

Padang,2011

Top of Form

‎"Sabda"

Teringat akan pucuk daun yang bertengker siang ini
Kemana ia dan seekor murai
Kepada siapa ranting mencari bunga
Lepas rebah terhempas
Tangkai terlepas terjerembab pasrah

Resah terus hamparkan sekujur kecurigaan
Gulana berduka bertaburan bunga
Terbaring
Kepastian yang menuntutnya
Itupun keharusan

Roda-roda akar bergetar tak tearah
Meliuk-liuk menyusuri relung-relung tanah
Temui kerajaan baru yang belum pernah ada
Itu jadi milik kita

Kereta dari kain tenunan sendiri
Menghantarkan berlabuhnya sebatang kering
Sepotong dahan memekik kepengingan keresahan
Kembalikan memori sepucuk daun
Hingga terjerembabnya tangkai yang terkulai

Kurungan
Kerajaan yang dihadiahkan cuma-cuma
Terbelenggu didalam sekat-sekat yang mematahkan ranting
Terjepit diantara siang dan malam
Kepasrahan tak dibutuhkan

Yang mana berikutnya
Tak jamin bunga,pucuk atau ranting
Yang pasti, itu ada nya

Padang, 2011

Top of Form

‎"Klise-Klise"

Terjanganmu mengetirkan urat keringatku
Naluri melawanku bertengger di ujung tiang tertinggi
Seperti ingin memangsa daging-dagingmu yang lunak
Tapi kau menepisnya dengan kebohongan
Aku tak bisa menerima itu

Gila
Ternyata aku berteman hati dengan seorang yang gila
Sungguh gila
Gila yang seakan-akan mewaraskan aku

Aku siapkan pedang
Aku siapkan perisai baju
Aku ingin menyerangmu dan kau akan menyerah
Dan kau akan segera sadar

Rupanya tak cukup satu pedang
Aku asah lagi pedang-pedang
Pedang-pedang yang akan menebas keangkuhanmu
Mereka akan memotong tali-tali otakmu
Dan mereka akan mengintai setiap gerak-gerikmu

Rasakan kesombonganmu itu
Nikamati dan segeralah kau lepas dari semua kebohangan
Aku dan mereka tak terima
Kau harus

‎"Sajak Garis-Garis Kertas"

Semua bicara tentang fenomena dunia dengan teori-teori kertas
Tapi aku tidak, Karena aku memang tidak mengetahuinya
Yang aku tahu dunia itu tidak pernah berteori
Yang aku tahu fenomena tidak pernah ada didalam kertas

Semua bicara tentang kebaikan dengan panji-panji kebenaran
Tapi aku tidak, Karena aku memang tidak baik
Yang aku tahu kebaikan tidak memiliki keberpihakan
Yang aku tahu kebenaran juga tidak memiliki keberpihakan

Semua berbicara tentang cinta dengan sayap-sayap kasih dan sayang
Tapi aku tidak, Karena aku memang tidak mengetahuinya
Yang aku tahu cinta tidak membutuhkan kasih dan juga sayang
Yang aku tahu cinta itu membutuhkan nafsu

Tidak lagi jadi masalah ketika anomali-anomali dunia dibicarakan
Karena semua orang sudah membicarakannya
Karena semua orang sudah menuliskannya
Dan semua orang menginginkan anomali-anomali itu

Yang jadi masalah ketika semua orang diam dalam pembicaraannya
Ketika semua orang berbicara dalam diamnya
Yang jadi masalah ketika semua orang tidak mengetahuinya
Ketika semua orang tidak tahu di tahunya

Tidak lagi jadi masalah jika semua orang berbuat baik
Karena semua orang sudah melakukannya
Karena semua orang sudah menuliskannya
Dan semua orang menginginkan kebaikan-kebaikan itu

Yang jadi masalah ketika semua orang tidak baik dengan kebenaranya
Ketika semua orang selalu merasa benar dalam kebaikannya
Yang menjadi masalah ketika semua orang tidak mengetahuinya dengan benar
Ketika semua orang tidak benar dengan kebaikannya

Tidak lagi jadi masalah jika semua orang saling mencintai
Karena semua orang sudah memilikinya
Karena semua orang sudah merasakannya
Dan semua orang menginginkan untuk saling mencintai

Yang jadi masalah ketika semua orang tidak saling mencintai
Ketika semua orang selalu merasa cinta dengan apa yang dicintainya
Yang menjadi masalah ketika semua orang tidak merasakan cinta dan nafsunya
Ketika semua orang cinta karena ingin merasakan nafsunya.

Berjuta kelucuan yang aku temui didunia ini
Bahkan kelucuan-kelucuan itu ada pada diriku
Ada disekelilingku
Ada di ilmu pengetahuan yang aku miliki
Ada dikeluargaku
Ada diantara sahabat-sahabatku
Ada diotak guru-guruku
Ada ditanahku
Dan kelucuan itu bersarang di negaraku

Aku tak berhasrat berbicara mengenai negara
Karena aku tidak merasa benar dengan kebaikan negaraku
Karena aku tidak merasakan cinta dari negaraku
Yang aku inginkan ketika negara berbicara tentang aku
Yang aku inginkan kebaikan dari negaraku yang benar
Yang aku inginkan Cinta tumbuh antara aku dan negara
29 juni 2011

" Maryam 2 "

Ku berbisik pada bisu ku, ku erangi jiwa laparku
Disaat hening, aku memekik hingga telingamu tuli
Aku ada untuk membohongi, mencumbu, dan aku tidak meninggalkan mu
Langit memang tengah menggombali mu, tapi langit selalu ada dimanapun kamu

100212

Top of Form

HUJAN SIANG INI

Hujan ini terlalu deras untuk ku terjang.
Airnya terlalu dingin untuk kulitku yang tipis.
Ku lihat diujung sana, angin menerjang gumpalan embun hingga tersandar kesetiap pojokan.
Padahal aku ingin ke pojok sana, tapi tubuhku terlalu lemah untuk melerai mereka.

Kapankah semua ini usai?

(290212)

‎" SEMOGA TUHAN MASIH BERSAMA MU"

Mungkinkah aku dan kamu sengaja meminumnya
Racun yang kita sedu dengan air mata di kala subuh waktu itu
Atau jangan-jangan kau menipuku?
Atau kau pura-pura,
Ah,, semoga tuhan masih bersama mu

‎" YA, MATAMU. 1"

Baca saja kehausanku akan cinta
Memendam ini memang tak begitu sakit
Tapi,kerapuhan sejengkal lagi membenamkan ku
Ah,,, mengapa aku harus begini...?

Top of Form

‎"SAMPAI KAU BILANG SAMA"

Aku melentikan hati ku di tiang menara paling tinggi
Sampai akhirnya tubuh ku perlahan habis di hisap angin
Kini kulitku sudah memudar,
Hanya belulang yang akan kau sambut,
Ku harap nadi tidak akan menghianatiku,
Sampai waktu yang telah kita sepakati

‎" Gadis Terindah. 1 "

Lautan tidak sedang menggombali bibir pantai
Deburan ombak tidak bermaksud menghancurkan karang

Ini memang rasa yang sangat berbeda

020212

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun