Mohon tunggu...
Depitriadi
Depitriadi Mohon Tunggu... Wartawan -

Tengah giat menulis cerita anak

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Anak | Jika Apit Tidak Sekolah

27 Desember 2017   21:07 Diperbarui: 27 Desember 2017   21:19 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak menangis/pixabay

Namaku Apit. Kata ibu aku laki-laki hebat, sebab umurku sudah 7 tahun. Kata ayah aku anak yang pintar, oleh sebab itu aku harus rajin belajar. Tapi pagi ini aku tiba-tiba saja tidak mau pergi ke sekolah.

"Loh kok Apit masih tidur? Ayo bangun. Apit musti ke sekolah," bujuk ibu.

"Apit tidak mau sekolah bu," jawabku singkat, sambil bersembunyi dalam selimut Keropi kesayanganku.

Coba saja kalau ibu tahu, kalau aku tidak mau ke sekolah karena aku mau main game kesukaanku seharian.

"Ayo Apit," kali ini ibu terpaksa mengangkat tubuhku. Sepertinya ibu akan membawaku ke kamar mandi.

Aku mencoba berontak, tapi aku sadar, kalau berontak nanti tubuh ibu jadi sakit. Lagian ibu hanya membawaku mandi, bukan ke dokter gigi.

Oiya, aku sangat takut sama dokter gigi. Alat-alat yang digunakan dokter gigi terlihat menyeramkan. Makanya ayah selalu mengingatkanku untuk selalu menjaga kebersihan gigi.

"Ibu, Apit tidak mau ke sekolah," giliran aku yang membujuk ibu.

"Apit harus sekolah, biar Apit jadi pintar. Biar  Apit bisa jadi wartawan yang menjunjung kebenaran," kata ibu sambil membenarkan dasi yang kupasang sendiri.

"Pokoknya Apit tidak mau ke sekolah."

"Apit. Apit tidak boleh begitu." 

Ibu memegang kedua bahuku dan menatap mataku dalam-dalam. Aku tidak mau ibu sedih. Tapi aku tidak mau ke sekolah. Aku hanya mau main game.

"Ayo bilang ke ibu, kenapa Apit tidak mau ke sekolah?"

Aku diam saja, tidak menjawab pertanyaan ibu.

"Apit. Ayo jawab ibu, Apit jangan diam saja."

"Apit berkelahi di sekolah?"

Aku menggeleng.

"Apit di marahi bu guru?"

Aku kembali menggeleng.

"Terus kenapa Apit tidak mau ke sekolah?" Tanya ibu lagi.

"Apit mau main game bu," jawabku jujur.

Ibu tampak terdiam. Sepertinya ibu tidak akan bertanya lagi. Tapi tiba-tiba.

"Apit mau main game?" Ibu mencoba meyakini perkataanku.

"Iya bu."

"Apit mau tidak naik kelas? Apit mau diledekin teman-teman kalau Apit tidak sekolah?"

Aku diam, lalu menggeleng.

"Apit mau jadi koruptor?"

Aku bingung. Lalu bertanya apa itu koruptor yang dikatakan ibu barusan.

Koruptor itu orang jahat, orang yang tidak sayang sama ibu dan ayahnya, orang yang suka menyakiti. Koruptor itu orang yang tidak sekolah. Koruptor itu suka menakut-menakuti anak-anak yang tidak sekolah. Koruptor itu paling senang sama orang yang hobinya main game setiap saat, lalu lupa untuk belajar. Itu kata ibuku.

"Apit mau ke sekolah saja bu. Apit takut ditangkap koruptor. Apit tidak mau jadi koruptor bu."

Mulai saat itu aku jadi rajin pergi ke sekolah. Aku mau jadi orang yang pintar, biar bisa memerangi koruptor.[]

Tunggu cerita anak selanjutnya ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun