Tulisan ini muncul secara sengaja dan tiba-tiba. Hari ini Jumat, 21 Oktober 2016 pekerjaan di Proyek sedang senggang, sehingga jari-jari ini ingin menekan tombol keyboard berkali-kali hingga munculah tulisan ini.
Cerita ini akan saya mulai dari titik dimana saya belum mengenal PLN secara dekat. Tepatnya Januari 2011, saat itu saya masih duduk di kelas XI bangku Sekolah Menengah Atas. Saya bersama kakak saya sengaja mengunjungi saudara yang ada di Bali. Perjalanan kami tempuh dari Surabaya via bus menuju Bali. Masih tergambar sangat jelas saat itu, malam hari di kawasan Probolinggo tepatnya di daerah Paiton, saya melihat sebuah pabrik yang sangat megah dengan berbagai lampu-lampu yang membentuk suatu tulisan “Power of Java” (Seingat saya tulisannya begitu). Rasa kagum yang sangat mendalam dan bayang-bayang pabrik tersebut selalu menghantui saya, bahkan ketika saya berada di Bali, hingga saya tahu itu adalah suatu pembangkit listrik. Mendengar berbagai kata “LISTRIK” pasti terbisik pula kata selanjutnya di telinga saya, yaitu “PLN”.
Dua minggu berlalu, saya kembali melanjutkan aktivitas saya di Sekolah. Saat itu saya bertemu dengan teman saya yang ternyata kakaknya adalah seorang pegawai di PJB. Saya pikir itu adalah PLN, Karena teman saya bercerita kepada saya bahwa kakaknya bekerja di PLTU Indramayu, ya suatu pembangkit listrik.
Kata PLN dan PJB sering membayangi pikiran saya, hingga suatu ketika saya pernah menuliskan suatu keinginan (sadar atau tidak) di media social yang sangat tenar saat itu seperti ini (figure 1 above).
Bayangan pembangkit, PLN, PJB menjadi motivasi saya belajar. Hingga dengan cerita yang sangat panjang (saya ceritakan di Blog Pribadi saya http://depidpu.blogspot.com) saya masuk ke suatu perguruan tinggi dengan status mahasiswa kelas kerjasama PLN.
Pengetahuan seputar PLN semakin bertambah, ternyata selain pembangkit ada GI, transmisi, proyek, anak perusahaan, dan lain-lain. Sampai suatu ketika saya menjadi seorang Siswa Prajab PLN Angkatan 50.
Bayangan yang terus ada dipikiran saya sedikit lagi tercapai. Hingga akhirnya pada awal Mei 2016, di Udiklat Banjarbaru diumumkan bahwa saya, Devi Prasetyo Utomo mendapatkan penempatan di Unit Induk Pembangunan XIII (Makassar). Tak pernah terbayangkan akankah saya yang berasal dari Jawa Timur, Pembidangan di Banten, OJT di Kalimantan, akan ditempatkan di Sulawesi.
Rutinitas menjadi pegawai PLN mulai saya jalani. Berangkat dari kos pukul 7.00 dan pulang dari kantor minimal pukul 17.00. Diawal-awal saya mencoba beradaptasi dengan berbagai macam kontrak proyek Gardu Induk dan Transmision Line. Maklum saja, anak jebolan Udiklat Suralaya, tapi penempatan di proyek. Hari-hari saya habiskan dengan membaca kontrak-kontrak tiada henti (nggak mau gaji buta) sembari menunggu SK dari pusat datang. Hampir saya habiskan bulan Ramadhan di tanah Kota Daeng ini, dan bersyukur sekali saat mendekati lebaran, dimana media TV ribut dengan berita terlihat tidaknya hilal, kita PLN50 ribut dengan tak terlihatnya (blank) slip gaji pertama di ESS (nggak penting). Satu yang sangat saya syukuri saat itu adalah saya dapat pulang ke kampung halaman dan bertemu dengan orang tua saya ketika lebaran, dimana momen ini tidak dirasakan oleh semua teman angkatan PLN50.
-Pasca Lebaran-
Pasca lebaran saya dikejutkan dengan pembagian SK dari pusat. Penempatan awal adalah di UPP Kendari, namun dalam waktu yang bersamaan itu pula saya mendapat SK Mutasi dari GM yang menyatakan saya ditempatkan di Proyek PLTU SULSEL 2 pada UPP SULSEL.