Mohon tunggu...
Depata Siwa Prasetya
Depata Siwa Prasetya Mohon Tunggu... Content Writer

https://clicky.id/depa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Power of Social Media

17 Mei 2024   12:00 Diperbarui: 17 Mei 2024   12:09 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Power of Social Media | Foto: freepik.com

Jika seseorang ditanya lebih suka membaca berita lewat apa? Media berita atau media sosial? Pasti tidak sedikit yang menjawab akan membaca berita lewat media sosial.

Media sosial di era sekarang sudah berbeda dengan media sosial pada zaman dulu. Media sosial pada zaman dulu hanya digunakan sebagai media untuk menjalin komunikasi antar seseorang dan saling bertukar informasi. 

Namun sadar atau tidak, media sosial sudah berfungsi lebih dari pada itu. Di Indonesia sendiri ada beberapa media sosial yang masih menjadi favorit di kalangan masyarakat kita.

Dilansir dari situs meltwater.com per Januari 2024, terdapat 6 media sosial yang sering digunakan masyarakat Indonesia yaitu WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Telegram, dan Twitter.

Media Sosial yang Sering Digunakan | Foto: Melwater
Media Sosial yang Sering Digunakan | Foto: Melwater

Namun kali ini kita akan membahas 4 media sosial yang bisa dibilang memiliki "power" yang cukup kuat. 4 media sosial tersebut adalah Facebook, TikTok, Instagram, dan Twitter.

Kenapa 4 media sosial tersebut bisa dibilang memiliki "power" yang kuat? Karena percaya atau tidak bahwa 4 media sosial tersebut mungkin bisa menggantikan media-media berita yang ada di Indonesia.

Selain mudahnya mengakses media sosial, orang-orang juga diberikan kemudahan untuk menulis apa pun yang ada di media sosial. 

Jika di media berita atau televisi kita sering mendengar kata Breaking News, namun di media sosial kata breaking news akan berubah menjadi kata Viral.

Bahkan sesuatu yang viral di media sosial sering dijadikan bahan oleh media-media berita yang ada. Dan itulah salah satu "power" media sosial.

Lalu seberapa berpengaruh berita yang viral di media sosial? 

Percaya atau tidak, berita yang viral di media sosial bisa dibilang cukup berpengaruh terhadap banyak hal. Salah satu contohnya adalah kasus kriminal. Banyak netizen yang percaya kalau suatu kasus belum viral, maka kasus tersebut tidak akan diusut dan tidak akan selesai jika tidak diviralkan.

Bahkan ada istilahnya "No Viral No Justice" yang bisa diartikan sebagai tidak akan ada keadilan jika tidak diviralkan. 

No Viral No Justice | Foto: emedia.dpr.go.id
No Viral No Justice | Foto: emedia.dpr.go.id

Selain fenomena No Viral No Justice, "power" media sosial juga bisa mengubah pandangan politik yang ada di Indonesia. Seperti contoh adalah banyaknya para pemimpin di pemerintahan yang aktif bermain media sosial. Beberapa diantaranya seperti Ridwan Kami, Ganjar Pranowo, hingga Gibran Rakabuming Raka.

Di beberapa acara seperti podcast atau wawancara yang dihadiri oleh pemimpin pemerintahan yang bermain media sosial, alasan mereka bermain media sosial adalah karena mereka dapat mendengarkan keluh kesah masyarakatnya.

Dan memang faktanya banyak masyarakat Indonesia yang sering speak up soal apa yang sering menjadi keresahan di lingkungan mereka.

Kebijakan-kebijakan pemerintahan setempat yang kadang sering bertentangan dengan masyarakat, pasti akan selalu menjadi pembicaraan di media sosial sampai viral.

Media sosial juga menjadi peran penting bagi pemilu tahun 2024 kemarin. Banyak orang yang membicarakan soal visi dan misi hingga baik dan buruknya semua Paslon (Capres & Cawapres) dan Caleg.

Selain menjadi bahan perdebatan waktu pemilu 2024, media sosial juga dapat digunakan sebagai media untuk kampanye. Bagi pengguna TikTok mungkin sudah tidak asing atau sering melihat ada salah satu Caleg DPRD bernama Kukuh Haryanto.

Kukuh Haryanto merupakan salah satu Caleg DPRD di Kabupaten Wonogiri yang menggunakan media sosial miliknya untuk kampanye di pemilu 2024.

Bahkan suara Kukuh Haryanto menjadi suara terbanyak dari semua Caleg di Partai Demokrat di dapil 1. Walaupun hal tersebut belum bisa membawanya ke kursi parlemen.

Namun dari sini kita bisa melihat kalau media sosial di zaman sekarang sudah bukan hanya alat untuk berkomunikasi atau menjalin hubungan dengan orang lain, melainkan sudah menjadi alat untuk memperoleh informasi atau bahkan menjadi alat untuk mengkritik sistem pemerintahan di suatu Negara. Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun