Cantik merupakan salah satu persepsi seseorang dalam menilai sesuatu, baik fisik, perilaku dan lainnya. Dalam berkomunikasi kita juga harus berkomunikasi dengan cantik (bagus) apalagi dalam hal politik.
Komunikasi merupakan salah satu unsur yang sangat vital dalam berpolitik, dalam, studi Ilmu Komunikasi juga di pelajari sebuah Komunikasi Politik yang mana dalam ilmu komunikasi, Komunikasi Politik diartikan sebagai komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) misalnya nama Ahok sering disebut-sebut dengan gaya berbicara beliau yang yang terkanal "keras" dan ceplas ceplos (Namun bisa disebut juga Tegas).
Jika dilihat dari kondisi masyarakat yang sekarang memang masyarakat DKI Jakarta cocok dengan sosok pemimpin yang tegas dan cenderung keras dengan kondisi DKI Jakarta yang sedang "carut-marut" dengan masalah macet,banjir dan lain-lain. Namun dibalik sisi tegas Ahok ada pula masyarakat yang kurang setuju dengan gaya kepemimpinan beliau yang dinilai "arogan" dalam mengambil keputusan. Hal inilah yang sedikt merusak citra seorang Basuki Tjahaja Purnama. Hingga kini, berbagai istilah dilontarkan untuk menilai sosok yang lebih akrab dipanggil Ahok ini. Banyak yang menilai, Ahok tidak sopan, arogan, dan berbagai istilah lain yang memiliki makna negatif.
Gaya kepemimpinan Ahok ini juga mendapat tanggapan dari Syarif Hidayatullah Jakarta Umaimah Wahid “Tapi kalau gaya komunikasinya seperti sekarang akan semakin banyak orang tidak nyaman. Bagaiman pun proses perubahan tidak selalu bisa menggunakan cara revolusioner (secara cepat) , tapi butuh tahapan,” kata Pengamat komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) ini kepada Republika.co.id, Rabu (27/4).
Selain "Arogan" ada beberapa statmen Ahok yang membuat blunder ketika menyampaikan statmen mengenai Rustam Effendi yang disebut Ahok bahwa Rustam Effendi bersekongkol dengan Yusril Ihza Mahendra yang juga bakal Calon Gubernur DKI Jakarta. “Ahok terlalu sering komentar berubah-ubah, termasuk soal Rustam Effendi ini. Orang yang sudah berusaha bekerja dengan hati tetapi malah dituduh bersekongkol (dengan Yusril).” Terang Hendri saat dihubungi Aktual.com, Selasa (26/4). Namun Belakangan Ahok meralatnya dengan mengatakan apa yang disampaikannya adalah sebuah candaan.
Tapi, kita tidak bisa menyudutkan satu pihak karena setiap pemimpin memang memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Seperti Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, dan Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Mereka punya gaya dan media komunikasinya masing-masing, yang cocok dengan karakteristik mereka. Jadi gaya berkomunikasi dalam politik itu memang modal penting yang tak bisa dianggap remeh bagi kalangan politikus, bahkan bukan hanya politikus tapi semua kalangan masyarakat
Daftar Pustaka
Komaria Rostanti, 2016, Analisi Pengamat Komunikasi Politik tentang Gaya Bicara Ahok, http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/04/27/o6a8b5394-analisis-pengamat-komunikasi-politik-tentang-gaya-bicara-ahok (Diakses pada tanggal 1 September 2016 pukul 16:37 WIB)
Karel Stefanus Ratulangi, 2016, Tuduh Rustam Sekongkol dengan Yusril Komunikasi Politik Ahok Buruk. http://www.aktual.com/263449-2/ (Diakses pada tanggal 1 September 2016 pukul 16:53 WIB)
NAMA : DEO WAHYU PRADANA A.M
NIM : 07031381520087
JURUSAN : ILMU KOMUNIKASI (A)
KAMPUS : INDRALAYA
DOSEN PEMBIMBING : NUR ASLAMIAH SUPLI, BIAM., M.Sc
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H