Mohon tunggu...
Deotri Totonafo Saro Gulo
Deotri Totonafo Saro Gulo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ada Apa dengan Pejabat Publik Hari Ini?

14 Oktober 2021   18:14 Diperbarui: 14 Oktober 2021   18:25 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selain itu, mereka akan selalu mengeluarkan alasan-alasan yang menurut mereka benar agar mereka bisa mendapatkan apa yang mereka minta yang kadang kala apa yang mereka minta itu tidak pas waktunya karena dalam masa pandemi yang membuat ekonomi kita jatuh. 

Mereka akan membual bahwa mereka lah yang paling terdampak dari covid-19 ini, padahal separah-parahnya dampak covid yang mereka rasakan, lebih parah lagi para pejuang rupiah yang mengharapkan hasil harian seperti pedagang, driver ojek online, dan lain-lain. Sekalipun mereka terdampak, mereka masih punya gaji bulanan dan tunjangan lain yang bisa mereka pakai untuk bertahan hidup.

Setelah melihat efek buruk dari anosmia ini, kita sepakai ini adalah penyakit yang serius, karena jika terus dibiarkan, akan menularkan kepada yang lain. 

Penyakit ini harus segera diobati dengan cara mengisolasi mandiri iman yang lemah dari para pejabat publik yang terkena gejala ini sembari memberi obat pereda seperti ceramah agama sesuai dengan agamanya masing-masing sehingga membuat penyakit ini hilang dari tubuh mereka dan membuat mereka sadar betapa mengerikannya penyakit ini sehingga membuat mereka menjauhi penyakit berbahaya ini. Karena penyakit ini tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan orang lain.

Pejabat di zaman dahulu

Muhammad Hatta selaku Wakil Presiden pertama RI, di tahun 1950-an pernah berminat untuk membeli sepatu bermerek Bally, sepatu yang bermutu tinggi pada zaman itu dan harganya tentu tidak murah. Ia menyimpan guntingan yang memuat alamat penjual tersebut sembari menabung untuk dapat membeli sepatu tersebut. 

Akan tetapi tabungannya tidak pernah mencukupi untuk membeli sepatu tersebut, dikarenakan uang tersebut selalu terpakai untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabatnya yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, ia tidak pernah dapat membeli sepatu tersebut.

Sejujurnya, ia bisa saja mendapatkan sepatu tersebut dengan mudah, dengan cara meminta pertolongan pada teman duta besar atau teman pengusahanya. Atau dengan cara memanfaatkan anggaran negara untuk membelikan satu pasang sepatu tersebut untuk dirinya. 

Di sinilah pelajaran yang bisa kita ambil, ia tidak pernah meminta-minta pada orang lain atau sekedar memanfaatkan anggaran negara untuk keperluan pribadinya. Ia lebih memilih jalan yang sulit dan lama dengan cara menabung sekalipun hingga akhir hayatnya hal tersebut tidak pernah terwujud. 

Selain itu ia tidak pernah kehilangan rasa empatinya kepada masyarakat yang sedang membutuhkan pertolongan sekalipun ia sendiri juga dalam keadaan susah. Sikap Muhammad Hatta yang selalu mengutamakan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingannya sendiri dan peka terhadap kondisi orang lain inilah yang seharusnya menjadi teladan bagi para pejabat publik pada saat ini.

Harapan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun