Dalam teori belajar ini ditekankan pada proses pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki setiap individu kemudian terjadilah interaksi antar mental individu dengan lingkungannya, proses interaksi inilah yang disebut dengan proses belajar. Belajar menurut teori ini proses mental aktif yang berfokus pada perubahan tingkah laku.Â
Ciri-ciri kognitifnya : untuk mementingkan dalam diri manusia sikap maupun pengetahuan yang sudah ada dan terbentuk sebelumnya jadi disini anak tidak dianggap sebagai kertas kosong karena sudah ada pengetahuan.Â
Teori perkembangan kognitif Jean Piaget berfokus pada kecerdasan yang berubah seiring perkembangan anak. Perkembangan kognitif anak bukan hanya pengetahuan tetapi anak juga harus mengembangkan mentalnya.
1. Tahap Sensorimotor (usia 18-24 bulan)
Tahap sensorimotor : bayi mengembangkan pemahaman dunia melalui sensorik (melihat atau mendengar) dengan tidakan motorik (menggapai, menyentuh).
Contoh : ketika ibu meletakkan mainan di dalam lemari anak tahu bahwa mainan biasanya biasanya ada (dia lihat kini tidak terlihat). Secara otomatis anak akan mencarinya seolah barang itu menghilang.Â
2. Tahap Praoperasional (usia 2-7 tahun)
Dalam tahapan ini anak berpikir simbolik artinya anak tidak dapat menggunakan logika (mengubah, menggabungkan ide atau pikiran). Perkembangan ini membangun pengalaman melalui adaptasi konkret dalam pemikiran logis. Pada akhir tahapan ini, anak mempresentasikan peristiwa dan objek yang terlibat dalam simbolik.
3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Perkembangan ini mulai dengan terorganisir dan rasional.Â
Tahapan konkret sebagai awal perkembangan kognitif anak dalam pemikiran logis. Anak-anak menggunakan pemikiran logis tetapi hanya sebatas logika pada objek fisik.Â
Contohnya, anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah luas). Meskipun anak dapat memecahkan masalah dengan cara logis tetapi belum sampai pada tahapan abstrak atau hipotesis.
4. Tahap Operasional Formal (usia 12 tahun ke atas)
Perkembangan kognitif tahap akhir dimulai sekitar usia 12 tahun. Saat remaja mereka memiliki kemampuan berpikir abstrak pada situasi konkret. Seorang remaja dapat berpikir kritis, kreatif dengan penalaran absrak dan membayangkan hasil dari sebuah pengalaman tertentu.
Perilaku seorang individu sangat ditentukan oleh proses internal kemudian ada yang memotivasi anak untuk belajar karena sebelumnya pribadi anak tersebut memiliki rangsangan untuk dapt berpikir baik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H