Mohon tunggu...
Deny Widiyan
Deny Widiyan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kami Menulis, Karena Kami Peduli

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Beku

1 September 2013   16:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:31 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

setelah botol kesekian yang ia tenggak

lalu beberapa langkah yang tak jelas darinya

seakan lupa bahwa ia baru saja ada di lantai 19.

.

Dan dipikiranya kala itu adalah ketika si Jelita berusaha meraih tanganya

yang saat dia ingin raih ternyata kosong.

lalu pada akhirnya ia bangun dan tersadar sambil menangis

melihat badanya telah jatuh berlumuran darah

merasa bodoh karena menyia nyiakan hidup yang diberiNya

hanya demi seorang gadis yang pergi demi orang lain.

yang hanya seongok daging dan tulang hidup sama seperti dirinya.

.

.

Dan tangisnya tak akan meredakan  apa yang Tuhan telah kehendaki

dan rasanya beku

sangat beku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun