Mohon tunggu...
Deni Humaedi
Deni Humaedi Mohon Tunggu... -

sekarang bergiat di kelompok studi Balai Merdeka Institute yang fokus pada tema-tema filsafat politik, sosial, budaya, dan sastra. Juga bergiat di Forum Lingkar Pena (FLP) Ciputat Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cincin Pernikahan

5 November 2011   03:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:02 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ini
adalah hari jadi pernikahan kita. Aku bawakan sesuatu yang spesial
untukmu”lanjut Marjan

Marnih
mengiyakan dan mendengarkan baik-baik apa yang dikatakan suaminya itu.

“semalam
aku bermimpi. Mimpi yang sangat indah sekali”

“mimpi
apa?” marnih mulai bersemangat

“aku
mimpi ketika aku melamarmu dan perjuanganku membeli cincin pernikahan sebagai
tanda cinta kita”

Mendengar
demikian, dada Marnih sesak. Ia tak antusias lagi tentang mimpi suaminya
tapihatinya ingin.

“lalu”

“cincin
pernikahan itu tiba-tiba hilang”

“terus
kamu kecewa”tanya Marnih

“malahan
senang”

“kenapa?”tanya
Marnih penasaran

“seandainya
aku tidak bermimpi seperti itu, mungkin aku tak bisa membeli ini”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun