“ini
adalah hari jadi pernikahan kita. Aku bawakan sesuatu yang spesial
untukmu”lanjut Marjan
Marnih
mengiyakan dan mendengarkan baik-baik apa yang dikatakan suaminya itu.
“semalam
aku bermimpi. Mimpi yang sangat indah sekali”
“mimpi
apa?” marnih mulai bersemangat
“aku
mimpi ketika aku melamarmu dan perjuanganku membeli cincin pernikahan sebagai
tanda cinta kita”
Mendengar
demikian, dada Marnih sesak. Ia tak antusias lagi tentang mimpi suaminya
tapihatinya ingin.
“lalu”
“cincin
pernikahan itu tiba-tiba hilang”
“terus
kamu kecewa”tanya Marnih
“malahan
senang”
“kenapa?”tanya
Marnih penasaran
“seandainya
aku tidak bermimpi seperti itu, mungkin aku tak bisa membeli ini”