Mohon tunggu...
Deny Setiawan
Deny Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya

Saya seorang mahasiswa aktif ilmu komunikasi yang memiliki kegemaran dalam dunia kreatif, khususnya dalam dunia film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Baru Menjadi Kiblat Trend Fashion Terhadap Kehidupan Sosial

24 Desember 2023   04:07 Diperbarui: 24 Desember 2023   05:57 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media baru merupakan sebuah fenomena yang kini ramai menjamah dunia digital di dunia. Lahirnya media baru ini menjadikan konvergensi di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, infrastruktur, dan lain sebagainya khususnya fashion. Dapat dicontohkan dari media baru seperti Instagram, You Tube, Twitter, Facebook, TikTok, dan lain sebagainya. Dewasa ini kita merasakan bahwasannya Media baru dan khalayak seperti dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dan hal tersebut menjadikan berbagai patokan dasar dari tren yang ada di media baru berdampak pada kehidupan sosial.

            Jika kita amati sebelum adanya media baru tren berpakaian cenderung merata karena berfokus pada selebriti yang tayang di media konvensional dan hal tersebut bersifat konstan. Polarisasi berpakaian sangat jarang ditemukan hingga menjadikan stigma bagaimana kita harus berpakaian rapi, sopan, dan enak dipandang. Namun kini hal tersebut telah bergeser esensi semenjak media baru lahir dan membuka jendela dunia terhadap tren fashion yang tercipta di media sosial. Tren tersebut lah yang menjadikan fashion tidak hanya sekedar rapi saja, namun juga meliputi terhadap suatu kepribadian, sejarah, trendi, dan lain sebagainya. Tren fashion ini akhirnya menjadikan polarisasi dalam berpakaian seperti adanya gaya berpakaian seperti casual style, chic style, streeatwear look, edgy look, vintage style, dan lain-lain. Ini adalah sebuah makna bahwasannya berpakaian tidak hanya sekedar menutupi bagian tubuh saja namun juga sebagai bentuk dari pemaknaan diri terhadap tren yang sedang berlangsung.

            Berkembangnya media sosial kini melahirkan istilah baru yang disebut dengan influencer. Influencer adalah orang yang mempunyai banyak followers di akun sosial medianya karena memiliki suatu kemampuan di bidang tertentu sehingga mampu menarik daya tarik khalayak. Hal ini lah yang menjadikan masyarakat mudah mengikuti berbagai tren dari seorang influencer tersebut dari pola pikir, perilaku, dan juga gaya berpakaian. Apa lagi jika influencer yang bergerak pada bidang busana, maka akan memiliki potensi besar untuk mempengaruhi gaya berpakain khalayak umum dalam kehidupan sehari-hari.

            Beberapa Influencer indonesia yang berfokus pada ranah fashion yakni ada Diana Rikasari yang memiliki tipe berpakaian colorfull dan ceria. Diana Rikasari sangat berpengaruh dalam menginspirasi warga net untuk match and mix pakaian yang ada dengan terpadu sehingga dapat menimbulkan kesan yang apik. Karena kebanyakan orang tidak berani mengeksplor baju dengan warna yang mencolok, Diana Karina berhasil untuk menjadi Influencer dengan bertemakan Collorfull. Hal tersebut terbukti dari didapatkannya nominasi Global Social Awards 2019 dalam kategori inspiration & influencer. Ada juga influencer pria yakni Alessandro Georgie yang memiliki tema berpakaian Hypebeast. Kini kita tidak asing dengan istilah Hyepebeast karena hal tersebut muncul di saat media sosial sangat gempar terutama pada platform You Tube. Tidak hanya Alessandro Georgie, namun juga Kemal Palevi seorang stand up comedy-an juga mengusung tema Hypebeast pada tahun 2017. Fenomena ini lah yang menjadikan bukti bahwasannya media baru membawa dampak besar terhadap kehidupan sosial masyarakat dalam berpakaian.

            Kini fashion atau gaya berpakaian tidak hanya diapakai pada suatu event atau kegiatan tertentu saja, namun juga dipakai pada kehidupan sehari-hari dalam beraktivitas. Perubahan zaman yang pesat sangatlah berpengaruh dalam memandang segala sesuatu sehingga dapat mengubah berbagai pola yang ada. Bahkan inspirasi berpakaian tidak hanya hadir oleh influencer yang bergerak pada bidang fashion saja, namun juga ketika menonton film, melihat unggahan seseorang dengan gaya berpakaian yang menarik, bahkan style yang dulu pernah ada hidup kembali seperti contohnya denim, celana cutbray, bucket hat, setelan pakaian over size, Retro, dan lain sebagainya.

            Meleknya khalayak terhadap fashin kini melahirkan suatu budaya baru yakni thrift. Membeli pakaian yang bekas memanglah bukan suatu hal yang baru, namun dewas kini membeli pakaian bekas menjadikan sebuah tren tersendiri karena media sosial membawa suasana berpakaian yang baru seperti memakai pakaian jadul lalu dikombinasikan dengan pakaian terbaru maka akan menimbulkan berbagai kesan, dan inilah yang menjadikan daya tarik masyarakat untuk membeli baju bekas meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya event-event thrifting yang telah diselenggarakan di berbagai kota. Ada salah satu selebriti yang cukup terkenal yakni Iqbal Ramadhan yang mengunggah sebuah konten di akun YouTube Vindes, di konten tersebut ia sedang ingin pergi ke pasar senen untuk thrifting. Di konten tersebut ia mendaptakan beberapa pasang pakaian lalu ia memadukan dengan pakaian pakaian yang ia punya dan terlihat sangat trendi dan juga vintage.

            Dari berbagai point di atas bisa kita simpulkan bahwasannya media baru sangat berpengaruh dalam tatanan dunia fashion terhadap kehidupan sosial. Lahirnya media sosial menjadikan masyarakat sangat mudah untuk membagi berbagai informasi terkait berbagai hal terutama dalam dunia fashion sehingga lahirlah istilah influencer yang sangat berpengaruh dalam suatu tatanan dalam dunia digital. Tidak hanya bentuk fisik dari pakaian itu sendiri yang beragam, namun juga berbagai esensi dan pemaknaan dalam pakaian itu sendiri. Influencer dan selebriti sangat berpengaruh besar terhadap pasar atau khalayak, karena hal tersebut menjadikan perubahan budaya seperti adanya thrifting atau jual beli baju bekas dan mengkombinasikan dengan pakaian tertentu sehingga menciptakan kesan tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun