Mohon tunggu...
Deny Marcelino
Deny Marcelino Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni Filsafat Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya

jika hidup mencari kebahagiaan, tidak akan ada habisnya

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

3 Strategi Terbaik dalam Sepak Bola

20 Januari 2021   12:00 Diperbarui: 12 Oktober 2022   13:21 4791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sepak bola banyak faktor teknis yang perlu diperhatikan terutama dalam strategi. Strategi sepak bola itu sendiri adalah suatu siasat atau akal yang dirancang sebelum pertandingan berlangsung dan digunakan oleh pemain maupun pelatih untuk memenangkan pertandingan yang dilaksanakan secara sportif dan sehat. 

Strategi mengacu pada gerakan-gerakan yang diperlukan dalam pertandingan.

Dalam dunia sepak bola, ada berbagai macam strategi yang digunakan oleh pelatih dalam melakoni sebuah pertandingan. 

Biasanya sang pelatih memiliki peranan yang penting dalam menciptakan gaya bermain dalam satu klub tersebut. Berikut ini adalah 3 ulasan mengenai strategi terbaik dalam sepak bola:

Catenaccio

Catenaccio adalah strategi yang menempatkan pertahanan sebagai fokus utamanya. Filosofi sederhana dalam penerapan taktik ini “selama lawan tidak bisa mencetak gol, maka lawan tidak akan menang”.  

Sehingga tujuan dari penerapan taktik ini berusaha untuk lawan agar tidak bisa mencetak gol. Mungkin dalam sepak bola modern sering disebut dengan negative football atau parkir bus. 

Sebenarnya strategi catenaccio tidak melulu menumpuk orang dipertahanan tetapi juga terkadang mengandalkan serangan balik cepat untuk memanfaatkan peluang dari adanya kelengahan lawan akibat terlalu asik menyerang sehingga lupa untuk bertahan. Namun tidak semua pelatih bisa menerapkan taktik tersebut.

Strategi catenaccio ini lebih identik dengan Italia. Pelatih yang pertama sukses dalam menerapkan taktik tersebut adalah Helenio Herrera. 

Herrera menerapkan catenaccio saat melatih Inter Milan dan menjadi juara di Serie A dan Eropa di tahun 1960-an. Pindah ke AS Roma Herrera juga sukses dengan menggunakan taktik yang sama dan masih berhasil mendapatkan gelar. 

Hingga di era 1970-an catenaccio mulai terbaca. Setelah adanya kehadiran Total Football milik Belanda yang saat itu dipelopori oleh Ajax Amsterdan membuat dominasi catenaccio meredup.

Meskipun di sepak bola modern saat ini kebanyakan pelatih lebih menerapkan strategi total football dan tiki taka yang dianggap cocok. Tetapi perlu diingat bahwa strategi catenaccio ini juga pernah digunakan oleh Yunani saat melawan Portugal di Final Euro 2019. 

Yunani benar-benar mampu membuat Portugal frustasi. Sepanjang pertandingan Portugal terus menguasai pertandingan tapi gagal mencetak gol. Luis Figo dkk dibuat kebingungan oleh pertahanan ketat Yunani.

Inter Milan dibawah asuhan Mourinho juga pernah melakukan strategi bertahan total atau parkir bus saat melawan Barca di semifinal UCL 2010. 

Walaupun banyak yang mengkritiknya, Inter akhirnya menang dan mampu menjadi Juara di Liga Champions tersebut. Pada intinya tujuan akhir dalam mengikuti kompetisi adalah kemenangan.

Total Football

Total Football merupakan salah satu strategi yang pernah diterapkan tim-tim nasional Eropa saat itu. Tepatnya saat gelaran Piala Dunia pada dekade 1970-an. 

Total Football dapat dikatakan sebagai strategi yang unik karena setiap pemainnya tidak memiliki posisi tetap dalam sebuah pertandingan. Strategi tersebut bertujuan untuk membingungkan tim lawan. 

Maka dari itu, pemain wajib mengcover posisi pemain lainnya ketika mereka meninggalkan tempat alias tukar posisi. 

Misal, saat posisi bek kanan maju membantu serangan, agar wilayah bek kanan tidak kosong maka salah satu gelandang dapat melebar untuk mengcover dari posisi bek kanan. Atau bisa juga pemain winger yang mundur jadi tukar posisi dengan bek sayap.

Dalam melakukan strategi Total Football terdapat tiga prinsip utama yang harus diinget yakni menjauhkan bola dari gawang sendiri, mencegah tim lawan melakukan operan dengan menekan pergerakan mereka secara agresif, dan menghambat pergerakan striker lawan. 

Salah satu tim yang sukses dalam menerapkan strategi Total Football adalah Ajax Amsterdam selama periode 1946-1958 yang dilatih oleh Rinus Michels dan juga dijuluki sebagai “Bapak” Total Football.  

Selain itu juga melatih Tim Nasional Belanda saat berlaga di Piala Dunia 1974. Pada saat itu Michels ditunjuk sebagai pelatih untuk memimpin Johan Cruyff dan kawan-kawan.

Bagi setiap tim yang memainkan strategi Total Football selalu terobsesi pada penguasaan bolanya. Karena pada prinsipnya dalam bermain mereka mewujudkan melalui operan-operan pendek untuk memastikan akurasi bola. 

Memang bermain seperti itu tidaklah mudah, sebab para pemain harus konsisten bermain bola pendek dari daerahnya sendiri hingga ke gawang lawan. 

Dapat diyakini peran posisi gelandang dianggap memiliki peran penting dalam menganut ideologi Total Football. Posisi pemain gelandang idealnya harus dapat mengalirkan bola. Sedangkan dua pemain gelandang lainnya dapat memberikan opsi sebagai ruang operan.

Dalam sepak bola modern saat ini strategi Total Football pernah diterapkan kembali oleh Ajax Amsterdam yang saat itu diarsiteki oleh Erik ten Hag dan mampu menjadikan Ajax Amsterdam menjadi pembunuh raksasa di Liga Champions. Sehingga membangkitkan kembali Total Football dan mengubahnya menjadi modern.

Tiki Taka

Tiki taka berasal dari bahasa Spanyol yaitu tiqui-taca. Tiki taka adalah gaya permainan sepak bola yang ciri-cirinya adalah umpan-umpan pendek dan pergerakan yang dinamis. 

Sederhananya, strategi tiki taka ini berusaha untuk mempertahankan bola dengan cara mengalirkan bola sesering mungkin. 

Sedangkan untuk posisi pemainnya masih relatif statis (tidak terlalu banyak berpindah). Tetapi biasanya ada beberapa pemain yang diberikan posisi khusus untuk bebas bergerak atau yang biasa disebut dengan free roam.

Misalnya di era sepak bola modern saat ini pemain yang berposisi free roam ada pada Messi di Barcelona dan Griezzman di Atletico Madrid. 

Dalam melakukan strategi tiki taka selalu berusaha untuk menciptakan “segitiga” di dekat pemain yang sedang menguasai bola, segitiga tersebut bertujuan sebagai jalur passing. 

Tiki taka merupakan pengembangan dari strategi total football yang pernah berjaya digunakan tim-tim di masa lalu.

Kesuksesan dalam melakukan strategi tiki taka didasarkan pada suatu latihan yang para pemainnya disebut el rondo

Dalam latihan ini, satu pemain berada di tengah lapangan dan juga berusaha untuk memotong umpan dari pemain lain sambil berada dalam lingkaran atau yang biasa dikenal disini sebagai permainan kucing-kucingan. 

Latihan ini dilakukan secara rutin sehingga membuat para pemain mampu mengumpan dalam jarak pendek secara akurat. Ini disebut juga dengan triangulasi.

Strategi tiki taka lebih dikenal saat Barcelona di bawah kepemimpinan pelatih Pep Guardiola yang penuh inspiratif dengan memainkan gaya sepak bola yang khas. 

Pada tahun 2009-2010 Barcelona mampu mendominasi dalam sepak bola Eropa dengan menjadi juara di La Liga, Copa del Rey dan Liga Champions sehingga dinobatkan menjadi gelar treble winner. 

Banyak yang menilai, Barcelona pada saat itu adalah salah satu tim sepak bola yang terbaik dalam sejarah. 

Selain Barcelona, ada Arsenal dibawah asuhan Arsene Wenger dan Tim Nasional Spanyol dibawah manajer Luis Aragones dan Vicente del Bosque yang juga dikenal menggunakan strategi tiki taka.                                                                    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun