Bagi mereka yang hanya sebatas mengikuti tradisi, kemudian ikut-ikutan mengaku bahwa jalan pulang itu milik sendiri. Khususnya bagi kebanyakan perantau yang hanya punya jalan untuk pulang tapi tidak ada tempat untuk kembali. Meskipun begitu, nyatanya ada banyak sekali cerita yang dapat di bawa melalui jalan ini.Â
Perbekalan mereka berupa bungkusan berisi kisah sedih, haru, harapan, semangat, bahagia, bahkan sesekali berupa koper solusi atas keputusasaan. Bagaimanapun jalan pulang selalu mendebarkan dan meronta untuk di ulangi.Â
Tetapi yang jelas, Â jalan itu sudah tidak sama lagi dengan jalan yang sering kita lewati untuk pergi. Hampir semua orang sepakat bahwa perjalanan atasnya lebih terasa cepat di banding saat pergi. Sebab ini bukan soal jarak. Ini soal kesadaran dan hati. Soal sebuah tujuan di mana kita dapat menjadi diri sendiri.
Ada di jalan manakah kita sekarang? Di sini, sesekali sajalah kita nikmati jalan-jalan yang kita gunakan untuk pergi maupun kembali. Agar kesadaran dan semangat hari ini dapat di kemas lagi untuk esok hari. Terlebih untuk kita yang mengais nafkah di atas jalan-jalan ini.Â
Tentu keberadaan mereka sangat berarti. Lanjutkan sajalah pada jalan-jalan yang di yakini. Di sana ada hal-hal maknawi yang bisa dinikmati. Selebihnya bagi yang sudah punya jalan pulang dan tempat kembali, ingat hati-hati di jalan, keluarga menanti!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI