Mohon tunggu...
Deny Sofyan
Deny Sofyan Mohon Tunggu... -

menggenggam pena adalah bahagia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Persimpangan Kereta

4 April 2015   22:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:32 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menengadahi langit sore yang didekap abu-abu gulita yang mendebarkan

Sepanjang sembir rel, bocah-bocah berlarian antara besi kembar tapak mencengkeram bumi dan sisi depan rumah mereka

Bergandengan diantara jeritan kereta commuteryang perkasa membelah angin membentar apa pun yang dihadapannya, tak peduli.

Mereka menggenggam ketakutan dengan kenyataan yang lebih membenamkan keniscayaan bertahan hidup

Membangun semangat untuk tetap selamat dari terjangan raksasa transportasi yang sakti mandraguna tanpa belas kasihan

Dar! Miris! Menakutkan.

Tapi realitas setangkup nasi dan kebutuhan hidup lebih menakutkan

Maka diterimalah sang realitas tak peduli mereka di kelas mana

Sepanjang menjaga dan melanjutkan kesinambungan hidup, sepanjang harapan

Bertahan dari hempasan hidup

Biar bisikan angin yang diterjang kereta memarginalkan

Bersetara ingin tapi ber-ingin pun dirontokan gergaji kota

Jadi bermain petak umpetlah di bibir rel dengan rasa was-was yang sama dengan anak-anak palestine yang dihujani roket para penindas

Dan persimpangan yang berkecamuk di pertigaan palang yang membatasi bergeloralah mesin-mesin menggerumuti jalan

Merubungi kegelisahan palang yang tak lengkap membatasi diam

Dan perhentian sementara

Menunggu sang jawara laju dengan perkasa

Berdesakan seakan menunggu mahluk terpopuler menyalami mereka dengan kegeraman yang mempesona hingga menghentikan napas

Berebut tempat teraman agar tak dihempas, menunggu

Wanti-wanti dan berjubel memaksa untuk saling menunggu kesempatan

Drama perang dan penantian para mesin-mesin jalan menyesaki palang pintu kereta antara takut dihempas dan pemenuhan akan mengejar waktu dan kebutuhan

Entah siapa yang terhempas atau selamat dari lesatan kereta, tak pernah tahu

Seperti segerombolan kijang-kijang cantik bermesin menyeberang sungai dengan buaya siap memangsa

Hiruk pikuk menggenggam dentam dengan sapaan khas modern gaya mesin meraung

Padahal kereta tak takut oleh raungan apa pun, tak takut pada system atau kelompok atau person yang berkuasa sekali pun

Siapapun yang menghalangi

Terabas saja!

Tak peduli siapa yang halangi jalannya, dan hujan bergelora bersama halilintar berdzikir untuk keselamatan mereka yang hidup di sembir jalan kereta, para hamba yang berdesakan penuh ketakutan di depan palang jalan kereta, para penumpang dan masinisnysa

Dan mereka yang setiap hari melaluinya

Melalui hari di bumi yang diamanahi oleh YANG MAHA MEMILIKI KEHIDUPAN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun