Mohon tunggu...
Deny Goler
Deny Goler Mohon Tunggu... -

hidup untuk berpikir.\r\ndan mencari sebuah kepastian dalam kebenaran.\r\nsehingga menjadi manusia yang sempurna di mata Tuhan.\r\ndan beriman kepada allah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Filsafat dan Agama

13 Juli 2012   14:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:59 2979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pandangan ini dari bebarapa sisi benar, tapi tidak mutlak. Jika dikatakan bahwa keberadaan agama selalu bergantung kepada kekuasaan, maka tidaklah benar. Karena, kita mengetahui banyak agama yang muncul dan berkembang dalam suasana penuh kebersahajaan dan toleransai, jauh dari kekuasaan. Budha sebagai contoh paling nyata. Bahkan Kristen dan Islam diawal kemunculanya, paling tidak, menjunjung tinggi kemerdekaan keyakinan dan tidak pernah memaksakan agamanya. Dan pada saat yang sama, kita mengetahui filsafat pernah beberapa masa naik ke kursi kekuasaan, lalu kekuasaan itu menjadi alat mereka untuk membrangus musuh pemikirannya.

Jika yang dimaksudkan bahwa agama bersandar kepada kekuasaan adabi dalam masyarakat, dalam artian bahwa suatu kelompok manusia mengikut kepada seorang tokoh, sehingga walaupun mereka berbeda-beda tetapi disatukan oleh sebuah pemikiran, maka ini benar, untuk batasan tertentu, yaitu agama dalam kelompok masyarakat primitif; kelompok masyarakat yang sangat terbatas interaksinya dengan luar.

Adapun jika yang dimaksudkan bahwa agama berkuasa atas individu penganutnya, maka inilah karakteristik yang dimiliki setiap agama. Ide agama, dengan berbagai manisfestasi dan tingkatannya, menetapkan bahwa apa yang dinyatakan agama kesemuanya bersandarkan kepada kekuatan absulot yang harus diterima dan ditaati dan tidak terbuka lagi ruang untuk dibahas apalagi untuk diragukan. Filsafat tidak berhak untuk mempermasalahkan ini.

Melihat kepada karakterstik pemikiran agama seperti ini menyampaikan kita kepada muara tentang perbedaan antara kekuatan dalam jiwa yang berfungsi untuk (sekedar) mengetahui dan kekuatan jiwa sebagai sebuah iman. Seseorang boleh saja mengetahui arti lapar dan haus tanpa harus merasakannya, memahami makna cinta dan kerinduan padahal ia tidak pernah mengalaminya, mengerti tentang keindahan syair, keutamaan akal, politik, atau itu semua tanpa ada loyalitas kepadanya.

Iman adalah tentang cita rasa, intuisting, yang membawa sebuah pemikiran yang muncul dari rasio kepada jiwa. Iman ini menjadi imun bagi jiwa dan menjadi pembentuk jiwa itu sendiri. Maka, tema tentang iman adalah hakikat terbesar dari existensi. Iman kemudian melahirkan loyalitas.

Dari sini jelaslah perbedaan antara agama dan filsafat. Tujuan filsafat adalah memikirkan, mengetahui. Tujuan agama adalah iman. Filsafat lebih kepada teori, bahkan dalam tema-tema yang praktikal. Sementara agama mengharuskan juga praktik.

Paling jauh, filsafat ingin mengenalkan kita arti kebenaran dan kebaikan, dan di mana ia berada. Filsafat kemudian tidak mempertanyakan bagaimana sikap kita terhadap kebenaran atau kebaikan yang telah diketahui tadi. Sementara agama menunjukkan nilai-nilai, dan mengharuskan penganutnya untuk mengimani, mencintai dan mengamalkan nilai-nilai tersebut.

Agama sebagai pembawa nilai mempunyai karakteristik bahwa ia menghendaki penuntutnya untuk menyebarkan nilai-nilai tersebut kepada orang lain, sehingga agama memiliki banyak pengikut. Lain halnya dengan filsafat, ia bersifat eksklusif. Jika seorang filosuf mengajak orang lain untuk mengikuti pemikirannya maka pemikirannya tidak lagi sebagai filsafat, tetapi menjadi sebuah iman, dan ia secara serta merta telah menukar jubah filosufnya dengan jubah Nabi. Wallahu’alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun