Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gembira Belajar, Bahagia Bersekolah

26 Oktober 2024   06:27 Diperbarui: 26 Oktober 2024   08:47 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.pexels.com

Bosan atau gabut adalah psikologi sehari-hari yang tak terhindarkan. Dikatakan bahwa orang yang paling sering dilanda bosan adalah orang yang dominan otak kanan. Orang-orang ini terbiasa berpikir acak, suka sesuatu yang baru dan karenanya, kreatif. Kreativitas dengan demikian adalah sejenis perilaku melanggar aturan atau membolak-balik kenyataan dengan tujuan memperoleh sudut pandang yang baru: keluar dari kotak (out of the box) kata orang barat.

Kreativitas jadinya adalah semacam hidup nyerempet-nyerempet bahaya (vivere pericoloso). Karena kalau yang dibolak-balik atau dilanggar itu norma dan nilai masyarakat yang dianggap sakral, pelakunya bisa dianggap tidak waras, melanggar aturan, kriminal bahkan.

Tentu saja, orang yang keluar dari kotak harus kembali masuk ke dalam kotaknya (into the box) agar secara sosial dia berterima kembali. Tatanan sosial dan ketertiban tidak bisa tidak harus ditegakkan lewat kedisiplinan, aturan yang ajeg dan perulangan-perulangan. Dari sinilah bisa muncul kebosanan alias kegabutan.  Jika keberulangan itu berlangsung lama atau terlalu lama tanpa variasi, siapa pun pasti dilanda gabut.

Sebagai pengalaman kejiwaan, kegabutan bisa disebabkan beberapa faktor. Pertama, rutinitas yang serba monoton dalam jangka waktu yang lama. Kedua, situasi eksternal yang tidak menantang atau tidak menarik minat. Ketiga, kelelahan fisik dan mental. Indikasi kegabutan yang disebabkan kelelahan fisik dan mental antara lain mengantuk atau tertidur saat mengikuti pelajaran. Kecuali guru menyentak adrenalin siswa, tidur adalah pelarian paling aman dari kegabutan.

Saat menghadapi siswa mengantuk ada dua policy yang dijalankan guru. Pertama policy yang lebih tegas: guru meminta siswa agar tidak tidur dengan pertimbangan merupakan kewajiban dan adab penuntut ilmu untuk menghargai keberadaan guru dan menyimak ilmu yang diajarkan. Meski sedang gabut atau bosan siswa harus memaksakan dirinya belajar. Belajar memang tidak selalu menyenangkan dan sejenis penderitaan, tetapi adalah ibadah yang harus dijalani demi cita-cita yang luhur dan pembiasaan pada akhlak yang baik.

Policy kedua yang biasanya diambil para guru yang lebih lembut adalah membiarkan siswa tidur di kelas dengan pertimbangan tokh kalaupun dipaksa bangun siswa tidak akan maksimal menyerap pelajaran. Jadi biarkanlah dia tuntaskan kantuknya. Kalau dia tidak dapat ilmu atau informasi itu adalah konsekuensi yang harus ia terima. Dan, diharapkan pada mata pelajaran berikutnya, dia sudah segar kembali dan bisa belajar secara normal.

Ini kutipan dari Google: "Nukleus akumbens, bagian otak yang mengatur hormon adenosin, akan terpengaruh saat seseorang merasa bosan. Hormon adenosin merupakan hormon yang merangsang rasa kantuk dan membuat seseorang tertidur."

Dalam setting pesantren dan persekolahan, kegabutan santri atau siswa adalah problem yang perlu mendapat perhatian. Siswa 'mencelat' dan melanggar aturan, dengan alasan gabut. Kabur dari pesantren yang dipandangnya sebagai 'penjara suci'.

Santri boarding mengaku gabut, karena terus menerus belajar dari pagi hingga malam. Mereka tidak berminat pada mayoritas pelajaran pondok dengan berbagai sebab. Misalnya:  masuk boarding lantaran dipaksa orang tua, minatnya pada pelajaran umum tetapi yang banyak di pondok adalah halaqah tahfizh, tidak gemar olahraga tetapi tidak ada perpustakaan atau bahan bacaan yang menarik. Sekolah harus menyediakan bamyak sekali kegiatan ekstra kurikuler agar santri betah di pondok. Yang parah ialah jika santri/siswa berbuat maksiat dengan alasan gabut.

Yang lebih parah dari itu jika gurunya yang gabut. Maka, ada sejumlah lembaga pendidikan yang menyediakan fasilitas anti-gabut untuk para guru. Guru diberi ruangan model kafe di mana mereka bisa ngopi dan berbincang dengan sesama rekan . Juga fasilitas seperti televisi, video, dan alat kebugaran. Kalau siswa harus belajar dalam kondisi senang terlebih lagi para guru. Mereka harus dapat entertainment yang cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun