Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dekade Kedua Sekolah-sekolah Sunnah: Saatnya Beralih ke Isu-isu Strategis

27 Juni 2024   14:35 Diperbarui: 21 Juli 2024   21:12 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia atau Bangunan 

Aset untuk pendidikan yang diselenggarakan secara offline, terutama selalu dibayangkan sebagai tanah dan fisik bangunan (yang tidak dipungkiri nilai strategisnya), namun menyampingkan sumber daya manusia (SDM) sebagai aset yang justeru lebih bernilai.

Pimpinan dan pengelola lembaga lebih berani mencari dana  pinjaman atau dana sumbangan untuk membangun gedung ketimbang menyediakan dana cadangan untuk memberi remunerasi yang lebih tinggi kepada guru selaku SDM unggulan. 

Kesejahteraan guru bisa ditunda sedangkan pembangunan gedung harus mendapat prioritas. Mungkin karena investasi benda mati jauh lebih aman (harganya juga naik terus), ketimbang investasi SDM yang banyak maunya.

Lewat remunerasi yang tinggi, pimpinan dan pengelola 'membeli' hati dan loyalitas para guru. Itu adalah 'bahasa cinta' pimpinan yang kelak ditangkap oleh para guru dan pegawai sebagai bukti perhatian dan penghargaan. Lagipula guru dan pegawai sejatinya adalah konsumen internal yang perlu disupport, dilayani, dan dibersamai. 

Tidak perlu kuatir guru jadi materialistis. Tidak ada pendidik yang hatinya 100% komersil. Harta itu hanyalah sarana ta'liful qulub (menjinakkan hati). Kalau hati sudah jinak, orang tidak gampang berontak. Turnover tidak perlu terjadi.

Allah saja mengganti satu kebaikan dengan 10 kali lipat ganjaran, dan hanya membalas 1 kejahatan dengan 1 balasan yang setara.

"Barangsiapa yang datang dengan amal yang baik, maka baginya sepuluh kali lipat pahala; dan barangsiapa yang datang dengan perbuatan jahat maka dia tidak diberi balasan melainkan dengan yang seimbang, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)." (QS. Al An'am (6): 160).

Artinya, dalam Islam ada apresiasi yang sangat tinggi untuk prestasi (10 kali lipat) dan satu sanksi yang setara kadarnya untuk satu kesalahan/pelanggaran. Seakan-akan ada ruang toleransi yang besar bagi kesalahan karena hukumannya tokh seimbang. Sedangkan untuk kebaikan dan prestasi justru ada dorongan dan anjuran yang besar dengan iming-iming ganjaran minimal 10 kali lipat.

Jika manajemen reward ini bisa diterapkan maka pimpinan tidak perlu fokus berlebihan pada kesalahan sementara kurang memberi apresiasi atas capaian prestasi guru dan pegawai. Dengan cara ini pula insya Allah investasi SDM bisa dijalankan secara berkelanjutan.

Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun