Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Love

Bahasa Cinta untuk Pemula

18 Mei 2024   20:52 Diperbarui: 19 Mei 2024   05:52 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.pexels.com

Pertama, ucapkanlah salam baik kepada yang tak dikenal apalagi yang dikenal. Ucapkan salam itu dengan pemahaman akan maknanya. Karena mengucap dan menjawab salam dapat menumbuhkan kecintaan di antara sesama orang beriman. Bahkan saling mencintai itu adalah indikasi dan bukti keimanan. "Kalian tidak akan masuk surga sampai beriman. Dan kalian tidak disebut beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan, niscaya kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian." [Hadis sahih riwayat Muslim]

Hadis ini meniscayakan tumbuhnya cinta di antara sesama orang beriman, jika mereka saling mengucap dan menjawab salam. Yakni ucapan assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh yang artinya 'keselamatan atau kesejahteraan atasmu juga rahmat Allah dan barakah-Nya'. Kemudian dijawab dengan kalimat semisal.

Jawablah salam saudaramu. Jangan diabaikan atau tidak dijawab. Apalagi direspon dengan berpaling muka. Meski salam saudaramu itu dijawab malaikat, kecintaan di antara kalian tidak jadi tumbuh. Yang tumbuh justru kesalahpahaman dan saling benci. Lantaran itu pula saudaramu harus berjuang keras mengendalikan hati dan perasaannya. Karena sinyal cintanya tidak bersambut.

Kedua, usahakan tersenyum dan berseri-seri. Memang persoalan hidup yang sambung menyambung sering membuat tampang orang masam dan mengkerut. Muka masam dan ekspresi cemberut bisa ditafsirkan saudaramu sebagai keengganan berinteraksi, kecurigaan dan ketidakbahagiaan berjumpa sesama mukmin. Seakan-akan ada dinding yang melingkar yang mencegah keakraban dan kelapangan hati.

Ketiga, jabatlah tangan saudaramu, sembari mengucap salam dan tersenyum tadi. Sentuhan fisik juga adalah bahasa cinta, kata Gary Chapman. Kepada anak kecil Nabi Muhammad sudah mencontohkan untuk memeluk, mencium dan menggendong. Untuk orang dewasa jabat tangan yang erat mengirimkan isyarat adanya semangat, rasa percaya dan kemauan bersaudara. Jika ia datang dari jauh atau safar boleh engkau merangkulnya. 

Cara lain untuk menumbuhkan cinta adalah saling memberi hadiah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, tahaadu tahaabbu, "Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai." (Hadis riwayat Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad dihasankan Al-Albani dan Musthafa Al-'Adawi)

Ternyata masalah-masalah psikologis -di tataran individu dan kolektif- bisa dijelaskan sebagai akibat dari kurangnya apresiasi, kurangnya interaksi yang bermutu, kepelitan dan jarangnya memberi hadiah, minimnya pelayanan serta kurangnya kontak fisik. Semua sebab tadi adalah lawan dari lima ragam bahasa cinta yang mestinya dipraktikkan secara konsisten:  (1) pujian atau kata-kata suportif; (2) saat-saat yang mengesankan (quality time); (3) hadiah ;(4) pelayanan dan (5) sentuhan fisik.

Kenakalan remaja (delinquency) dalam pelbagai bentuknya, kecanduan (addiction), penyimpangan seksual (sexual deviation), kriminalitas, sikap-sikap tercela seperti arogansi dan yang semisal hanyalah gejala (symptom) atau justeru merupakan produk akhir (end results) dari problem kekosongan tangki cinta.Tangki cinta yang kosong itu membuat seseorang lebih mengutamakan nafsunya dan jadi nekat melanggar norma-norma agama dan sosial.

Yang paling bertanggung jawab atas pemenuhan egosentrisme dan kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang itu tentu saja adalah ayah dan bunda selaku pendidik pertama di lingkup rumah tangga. Ayah adalah pencipta tradisi, sosok yang dicintai secara alamiah oleh anak-anaknya. Sedikit kesalahan dalam berucap dan bertindak bisa menimbulkan luka pengasuhan. Makin fatal kesalahan itu makin mendalam pula lukanya. Membuat proses pemulihan harus dilakukan secara lebih intens dan telaten.

Setelah ayah-bunda selanjutnya adalah para pendidik, para guru di sekolah yang bertindak selaku 'orang tua' kedua di sekolah. Orang tua dan guru perlu bekerja sama dalam proses pendidikan anak dan pemuda. Tujuannya adalah agar karakter mulia tumbuh hingga mencapai batas yang dituntunkan agama dan bakat bawaan mereka bisa dioptimalkan untuk kemaslahatan orang banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun