Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Dewaraja dan Genealogi sebagai Legitimasi

15 Mei 2024   21:37 Diperbarui: 27 Mei 2024   08:59 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: www.pexels.com

Raja-raja Mataram mengembalikan silsilahnya kepada Majapahit hingga masa mitis 'zaman purwa' dari epos Mahabarata dan Baratayuda dan berakhir pada para nabi. Hubungan dengan Majapahit juga dijumpai dalam Hikayat Banjarmasin dan Hikayat Kutai. Ada pula genealogi yang kembali ke sumber mitologis, seperti yang terdapat dalam Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Banjarmasin, Hikayat Wajo, dan lain-lain. Beberapa kerajaan baru di Jawa seperti Demak, Cirebon, dan Banten merunut genealogi rajanya kepada para wali sebagai sumber kharisma baru dan sistem politik yang baru pula (Sartono, hal. 47-48).

Genealogi kerajaan Melayu, seperti Siak, Palembang, Palalawan, Aceh, Sungai Raja, Palwa Besar, Pontianak, Kubu, dihubungkan dengan negeri Arab. Dinasti Siak dan Palalawan berasal dari keluarga Hadramaut bin Syihab, sedang dinasti Pontianak dan Kubu berasal dari keluarga Alkadri dan Al-Aidrus, kesemuanya bersambung ke Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib (golongan sayyid). Di Sulawesi Selatan, genealogi kerajaan-kerajaan Goa, Bone, Tanete, dan Soppeng kembali pada raja pertama yang turun dari langit sebagai Tomenurung  dan oleh rakyat diangkat sebagai raja (Sartono, hal. 47).

Di dunia Melayu, para penyusun kronik menghubungkan genealogi para penguasa sampai ke Iskandar Zulkarnain. Menurut Jajat Burhanudin (2017) cerita Iskandar Zulkarnain memberi landasan keagamaan bagi kekuasaan politik Melayu. Cerita Iskandar dalam teks-teks Melayu memiliki makna politik yang besar. Ia merupakan respon politik raja-raja Melayu terhadap situasi di mana Islam semakin mendapat tempat di masyarakat Melayu.

Belakangan menghangat perdebatan mengenai validitas nasab Bani Alawi (golongan sayyid, habaib) yang selama ratusan tahun dipercaya oleh kaum muslim di Nusantara sebagai dzurriah (keturunan dan anak cucu) Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Genealogi di sini dijadikan alat legitimasi bagi kharisma dan otoritas yang bersifat agama.

Golongan Bani Alawi atau Ba'alawi memiliki tradisi keagamaan yang mirip dengan kaum nahdhiyyin (Nahdhatul Ulama) kecuali bahwa klaim genealogi mereka dinilai sudah terlalu dieksploitasi secara berlebihan. Legitimasi berdasar genealogi itu juga coba dilestarikan dengan cerita-cerita supranatural seputar pribadi-pribadi tertentu. Sementara di kalangan muslim pribumi (yang santri dan abangan) ada kecenderungan untuk memuja para wali dan kuburan orang suci, bahkan kepada mereka yang dipandang sebagai 'wali berandal'. Baca misalnya buku George Quinn, Wali Berandal Tanah Jawa yang merupakan hasil observasi lapang penulisnya -yang atheis- ke berbagai situs makam keramat di Pulau Jawa. Menurut Quinn, taraf pemujaan kepada para penghuni kubur itu sudah tergolong penyembahan, bukan sekadar tawassul.

Perdebatan sekitar kebenaran genealogi golongan sayyid itu memang masih merupakan masalah yang masih berlanjut dan belum 'putus' (tuntas). Adanya kegaduhan ilmiah internal di kalangan tradisionalis: ada pihak yang menggugat validitas nasab habaib serta pihak yang mempertahankannya jelas berfaidah dari sisi bahwa sangat mungkin ada tradisi yang diyakini dan dipraktikkan secara keliru oleh umat Islam. Pola sirkulasi isu semacam ini bisa menjadi semacam wahana pencerahan bagi sebagian umat yang cenderung konservatif, jumud dan feodalistik.

Wallahu a'lam bis shawab.

Daftar Pustaka

George Quinn, 2021. Wali Berandal Tanah Jawa. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

https://id.wikipedia.org/wiki/Dewaraja

https://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Agung_dari_Mataram

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun