Post learning notes atau catatan pasca pembelajaran adalah semacam buku harian (diary) yang merekam proses pembelajaran rutin dari hari ke hari. Post learning notes ditulis setelah lesson plan diterapkan dalam pembelajaran .Â
Munif Chatib pernah menyebut pentingnya lesson plan atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai bukti pertanggungjawaban kerja seorang pendidik (dalam buku 'Gurunya Manusia'). Kumpulan lesson plan itu pada akhirnya dibukukan agar bisa dibaca oleh pendidik lain sebagai referensi.
Sebagian rekan guru mengaku tidak memerlukan lesson plan. Mereka tidak mau terjebak formalisme administratif. Sikap mereka hampir bisa dikategorikan sebagai 'ekstrem kiri '. Maklum, beban kerja yang ada sudah cukup berat. Akan tetapi umumnya mereka adalah para guru berpengalaman yang lihai mengendalikan kelas. Meski tidak menyusun lesson plan mereka tetap punya promes (program semester). Lagi pula, lesson plan sering berubah atau terpaksa diubah lantaran tuntutan kondisi di lapangan. Saat mau mengadakan diskusi misalnya, saat peserta didik tampak lesu di sesi-sesi terakhir, rencana diskusi pun diubah menjadi kuis.
Post learning notes mencatat perubahan lesson plan itu dan merekam kejadian-kejadian menarik saat pembelajaran berlangsung. Munif Chatib menyebut istilah special moments, sedangkan Kurikulum Merdeka  menyebut catatan anekdotal. Post learning notes merupakan gabungan special moments dan catatan anekdotal yang ditulis secara rutin.
Atmosfer belajar tidak selalu menggairahkan namun lewat post learning notes guru bisa melakukan refleksi, mempertanyakan mengapa hal itu sampai terjadi. Apakah yang ia kejar penyampaian materi? Atau, sebaliknya ia mengabaikan materi karena ingin 'menyenangkan' peserta didik? Proses pembelajaran bagaimanakah yang membuat kompetensi terserap namun tetap menyenangkan dalam prosesnya? Apakah 'menyenangkan' itu wajib?
Bayangkan, menulis bisa membawa pada pertanyaan-pertanyaan mendasar semacam itu.
Sama seperti lesson plan, fungsi post learning notes di antaranya: menjadi alat dokumentasi pembelajaran, kenang-kenangan, literasi guru, dan portofolio kerja guru.
Dalam acara Akademi Guru Pendidikan Karakter Nabawiyah Batch 4 yang diselenggarakan 26-28 Desember 2023 di Pesantren Tahfizhpreneur Imam Bukhari, Cianjur, Jawa Barat terungkap dua kecenderungan guru terhadap administrasi pendidikan. Pertama, yang cenderung mengabaikan. Kedua, yang merasa sangat perlu. Administrasi di sini dipahami sebagai pencatatan (recordation) dan dokumentasi (documentation) dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
Sekolah Raudhatul Ilmi menganut paradigma pendidikan karakter nabawiyah berbasis fitrah. Meyakini pendidikan sebagai proses yang mudah, karena potensi kebaikan setiap manusia sudah terinstal dari sananya. Tinggallah para pendidik, khususnya orang tua dan guru, merawat, menumbuhkan dan mengoptimalisasi potensi kebaikan itu sesuai tahapan usia, kebutuhan psikologis dan bakat istimewa masing-masing peserta didik.
Sekolah Raudhatul Ilmi berkecenderungan 'ekstrem kiri' dalam hal administrasi pendidikan. Pasalnya, sekolah hanya memiliki sedikit sumber daya manusia. Sekolah ini hanya menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar selama tiga hari dalam sepekan. Ditambah satu hari di hari Jumat yang diisi kegiatan pengarahan dan diskusi khusus bersama para orang tua (parenting) dengan tujuan agar  visi-misi pendidikan rumah dan sekolah selaras dan sejalan. Silakan berkunjung ke  'Raudhatul Ilmi' yang beralamat di Jalan Persahabatan dekat Studio Alam TVRI, Depok Jawa Barat.