Nabi Sulaiman alaihissalam mewarisi ilmu, kecerdasan, kenabian dan kerajaan ayahnya, Dawud alaihissalam. Kendaraannya angin, pasukannya terdiri dari manusia, hewan dan jin. Istananya sangat mewah dan megah. Kerajaannya adi daya, tidak ada negara yang mampu menyamainya sepanjang sejarah. Bijaksana. Sangat kuat secara fisik. Istri beliau ada 100 orang.
Dalam Al-Qur'an kisah beliau ini di antaranya termaktub dalam Surat An-Naml, Shad dan Saba' dalam sejumlah fragmen.
Dalam Surat An-Naml ayat 15 sampai dengan 44, profil kepemimpinan Nabi Sulaiman alaihissalam sedikit banyak tergambar kepada kita. Seorang raja yang tegas, disegani rakyat, kaya luar biasa, memiliki pasukan dari alam nyata dan alam gaib, bersamaan dengan itu dia adalah seorang yang bertauhid, banyak berzikir, tunduk dan cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan segala kelebihan dan keutamaan itu, kedudukan Sulaiman dan kekuatan negaranya tidak bisa dibandingkan negeri-negeri lain.
Bila ayahnya Dawud dianugrahi kepandaian memproduksi baju besi dan alat perang dari besi, maka Sulaiman dikaruniai aliran tembaga (Saba: 12). Dua material ini: besi dan tembaga merupakan bahan dasar yang menopang kebudayaan besar manusia di era Dawud dan Sulaiman.
Suatu hari, Sulaiman sangat marah karena saat inspeksi pasukan, Hud-hud, sejenis burung pelatuk, tidak nampak di barisan. Ini menunjukkan bahwa selaku pemimpin, Sulaiman sangat hafal dan peduli pada keberadaan anak buahnya.
"Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia tidak hadir? Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman berat atau kusembelih ia. Kecuali jika ia datang dengan alasan yang kuat," kata Sulaiman.
Ketegasan Nabi Sulaiman mengingatkan pada ketegasan Umar Ibnul Khattab, yang tiap sebentar siap menyembelih siapa saja yang melanggar aturan.
Lantas Hud-hud datang membawa laporan: ada negeri yang subur makmur, Saba' namanya. Negeri ini dipimpin seorang perempuan. Sudah lagi dipimpin perempuan, musyrikin pula. Ratu dan rakyat negeri Saba' semuanya menyembah matahari. Hal mana menerbitkan kecemburuan Hud-hud, karena Hud-hud juga bertauhid.
Hud-hud menyampaikan semacam berita intelijen yang meyakinkan bahwa Ratu ini kaya raya dan simbol publik yang ia miliki dan paling bergengsi adalah singgasananya.
"Aku dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah. Setan telah menjadikan indah perbuatan buruk mereka sehingga menghalangi mereka dari jalan Allah dan adalah mereka tidak mendapat petunjuk," kata Hud-hud.