Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tahapan Usia: Kisah Bayi Musa Alaihissalam

10 April 2023   14:23 Diperbarui: 9 Juli 2023   16:29 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: unsplash.com

Hanya ada dua nabi yang kisah hidupnya semasa bayi dikisahkan dalam Al-Qur`an: Musa dan Isa alaihimassalam. Kisah bayi Musa tertera di dua surat yaitu Al-Qasas ayat 7-12 dan Thaha ayat 38-40. Kisah ini sudah sangat populer dijelaskan oleh para ulama.

Dikisahkan bahwa Firaun sangat yakin, berdasarkan mimpi dan tafsir mimpi para dukun di zamannya, bahwa akan ada seorang anak lelaki keturunan Bani Israil yang kelak merampas kekuasaannya di Mesir. Atas dasar itu, ia putuskan untuk mengadakan pembunuhan massal terhadap semua bayi berjenis kelamin lelaki dari Bani Israil. Adapun bayi yang perempuan dibiarkannya hidup.

"Sungguh, Fir‘aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadi¬kan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir‘aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas: 4)

Namun muncul kekuatiran, jika kaum lelaki Bani Israil dibunuh seluruhnya hingga yang tersisa hanyalah kaum wanita dan para lelaki lanjut usia, lantas siapa yang akan melakukan pekerjaan-pekerjaan berat untuk orang Qibthi, khususnya untuk kepentingan kerajaan Firaun? Karenanya, mereka selingi masa pembantaian bayi lelaki itu setiap satu tahun. Satu tahun mereka lakukan pembantaian, tahun berikutnya mereka tidak lakukan pembantaian. Adalah Harun alaihissalam, kakak Nabi Musa, lahir pada tahun non-aktif pembantaian.

Musa lahir di tahun Firaun aktif melakukan pembantaian massal. Tentu hal ini membuat ibunda Musa menjadi sangat ketakutan. Kasihnya kepada putranya yang baru lahir bertambah-tambah dan kewaspadaannya meningkat.

Ketika ada orang yang datang dan ia duga merupakan utusan Firaun segera ia letakkan bayi Musa ke dalam peti. Kemudian dihanyutkannya peti itu di atas sungai Nil.

Kisah penyelamatan bayi Musa ini diuraikan singkat namun padat dalam Surat Al-Qasas:

Dan Kami ilhamkan kepada ibunda Musa, "Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul."

Maka dia dipungut oleh keluarga Fir'aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir'aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.

Dan istri Fir'aun berkata, "(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita ambil dia menjadi anak," sedang mereka tidak menyadari.

Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah).

Dan dia (ibunda Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, "Ikutilah dia (Musa)." Maka tampaklah olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadari.

Dan Kami cegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah dia (saudari Musa), "Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?"

Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

Di dalam Tafsir Al-Quranul Azhim karya Ibnu Katsir diterangkan bahwa peti (tabut) yang berisi bayi Musa itu tersangkut di istana Firaun di tepian sungai Nil. Peti itu lantas diambil oleh dayang-dayang Asiah binti Muzahim, istri Firaun. Mereka serahkan peti itu kepada sang ratu lantaran kuatir dianggap lancang membuka tutupan peti tanpa seizin atasan mereka.

Alangkah senang hati Asiah mendapati bayi yang tampan rupanya. Bayi berkulit putih yang menimbulkan rasa sayang bagi siapa pun yang melihatnya. Bagaimana tidak? Allah sendiri yang menanamkan rasa cinta orang-orang kepada Musa (wa alqaitu alaika mahabbatan minni: Aku telah limpahkan atasmu kasih sayang yang datang dari-Ku).

Naluri keibuan istri sang penguasa Mesir itu berbunga-bunga, menemukan bayi yang selama ini tak jua ia miliki.

"(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu,"  kata Asiah. Benar penyejuk mata bagimu namun tidak bagiku, sanggah Firaun.

Dilandasi kekuatiran kalau-kalau bayi itu adalah keturunan Bani Israil, maka Firaun spontan hendak membunuhnya. Tetapi kata Asiah, "Janganlah engkau membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat untuk kita atau kita ambil dia menjadi anak."

Menurut Syaikh As-Sa'dy, makna kalimat 'mudah-mudahan dia bermanfaat untuk kita atau kita ambil dia menjadi anak' adalah: mungkin kita jadikan Musa ini sebagai pelayan untuk kemanfaatan kita atau kita angkat posisinya lebih tinggi dari itu, yakni sebagai anak.

Terbukti kemudian Asiah menjadikan bayi itu sebagai anak angkatnya. Dan ketika Musa tumbuh besar hingga menjadi nabi dan rasul segeralah Asiah beriman kepadanya. Jadi benar bahwa bayi Musa ini sangat bermanfaat bagi keimanan Asiah dan keselamatannya di akhirat.

Demikianlah pemeliharaan Allah atas kekasih-Nya dan kuasa takdir yang memperdaya Firaun. Lelaki keturunan Bani Israil yang ia takuti kelak menghancurkan kerajaannya justru ia pelihara di dalam istananya, sebagai anak angkat dari istrinya. Dan istrinya itu pun kelak beriman kepada Allah Azza Wa Jalla.

Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), andai tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah).

Hatinya menjadi hampa dan sedih. Pikirannya hanya terpaku pada keselamatan bayi itu. Rasa iba dan kekuatiran itu bercampur baur dan merupakan emosi yang wajar dari seorang ibu.

Ibunda Musa mengetahui bahwa bayinya masuk ke istana Firaun. Sebelumnya ia telah perintahkan anak perempuannya (kakak perempuan Musa) untuk mengawasi ke mana peti itu pergi.

Skenario Allah yang lain pun berlaku. Para wanita yang ada di istana Firaun tidak bisa menyusui bayi Musa karena bayi itu menolak disusui. Dan keluarga istana kuatir kalau bayi itu sampai mati.

Dan Kami halangi dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah dia (saudari Musa), "Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan dapat berlaku baik padanya?"

Maka ia ajukan ibunya yang tidak lain adalah ibu kandung Musa sendiri. Maka Musa dengan segera menyusu dalam keadaan Asiah tidak menyadari bahwa wanita Bani Israil itu adalah ibu kandung dari anak angkatnya.

Asiah lantas menawarkan kepada Ibunda Musa untuk tinggal di istananya, akan tetapi Ibunda Musa menolak, dengan alasan ia punya suami dan anak-anak yang lain. Demikianlah pada akhirnya bayi Musa disusui oleh ibu kandungnya sendiri dengan skenario takdir yang menakjubkan dari Ar-Rahman.

Benarlah janji Allah bahwa rasa takut, sedih, dan hampa yang dialami Ibunda Musa kini berganti dengan rasa senang dan kebahagiaan yang luar biasa. Ia dapat mengasuh dan menyusui puteranya lagi, bahkan diberi upah yang sangat besar untuk itu.

Allah berfirman kepada Ibunda Musa: "Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang dari para rasul." (QS. Al-Qasas: 7)

Sedangkan kepada Musa Allah berfirman: "Maka Kami kembalikan engkau (wahai Musa) kepada ibumu, agar engkau menjadi penyejuk matanya dan agar ibumu tidak bersedih hati." (QS. Thaha: 40)

Wallahu a'lam bis shawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun