Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Undangan Bermain

21 Oktober 2022   10:19 Diperbarui: 21 Oktober 2022   10:58 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak cinta belajar karena topik pembelajaran merupakan pilihannya sendiri, sehingga ia merasakan belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan. Guna memperkuat keikhlasan dalam belajar itu, rangsangan dari luar semacam pujian dan atau kritik sama sekali tidak diperkenankan. Guru hanya bertindak selaku pengamat, fasilitator dan pemberi penguatan (lewat sikap dan kata-kata). Anak didorong agar merasakan kepuasan pribadi dan kesenangan dari dalam dirinya sendiri manakala berhasil menuntaskan suatu tugas atau pekerjaan.

Dengan cara ini sekaligus pula kita berhasil menghindarkan apa yang disebut Ki Darmaningtyas sebagai 'pendidikan rusak-rusakan' di mana peserta didik hanya menyasar 'hasil' yang instan dan mengabaikan 'proses' belajar yang wajar. Orang mengejar gelar dan ijazah lewat jual beli jasa pembuatan skripsi dan tesis, menempuh semester pendek yang tidak efektif, dan diluluskan selaku sarjana meski tidak becus menyusun alur berpikir ilmiah.

Orang dewasa harus diberi kebebasan memilih metode belajar secara swakarsa yang sekarang dikenal dengan istilah 'heutagogy'. Penyelenggaraan heutagogy dalam konteks pendidikan formal sudah pernah dilakukan dan dibukukan secara tersendiri dalam Self Determined Learning: Heutagogy in Action (Hase & Kenyon, 2013). Dengan cara ini maka pembelajaran menjadi sesuatu yang lahir dari dalam dan sangat mungkin menghasilkan 'flow' dalam diri pelajar saat menjalani prosesnya. 

Pembelajaran swakarsa sangat kongruen dengan misi pembinaan manusia pembelajar, bahkan pembelajar sepanjang hayat (long life learner). Memadukan heutagogy dengan problem based learning akan melahirkan banyak solusi yang bermanfaat bagi kehidupan. Bukan itu saja, dalam diri pelajar akan tumbuh banyak kemahiran dan kompetensi karena proses belajar dan proses penyelesaian masalah itu menuntut banyak sekali soft skills terutama kemampuan berempati, kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, kreativitas, keberanian mencoba, dan sekaligus keberanian mengalami kegagalan (failure).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun