Komunitas-komunitas yang menghidupkan wisata sejarah, literasi sejarah memang cukup banyak di kota-kota, tetapi kesadaran sejarah tidak cukup tampak hidup di kalangan pelajar. Profil pelajar Pancasila tidak menyertakan adanya semacam identitas nasional yang berakar pada sejarah bangsa. Sepertinya generasi yang hendak dihasilkan adalah mereka yang menghadapkan pandangan matanya ke depan, tidak melayangkan ingatannya sedikitpun pada 'sejarah perjuangan bangsa'.
Pancasila yang ada dalam persepsi mayoritas orang saat ini bukanlah Pancasila yang diindoktrinasi --satu hal yang kerap dikritik dari Orde Lama dan Orde Baru. Pancasila sekarang bahkan tidak selalu dihapal. Pancasila dalam artian fisik maupun substansi sudah nyaris lepas dari memori para pelajar dan generasi muda. Dengan apakah Pancasila dikembalikan ke dalam jiwa dan ingatan kolektif generasi muda? Tentunya lewat sejarah. Pancasila merupakan ideologi pemersatu dan merupakan hasil dari pergumulan sejarah yang kompleks pula.
Cara menghapus Pancasila dari penghayatan, jiwa, pikiran dan mentalitas generasi muda adalah dengan menyepelekan sejarah. Bila sejarah nasional sepele, Pancasila menjadi sepele. Terlepas dari debat dan diskusi ilmiah tentang tema-tema sejarah serta dari pertengkaran ideologis yang kental menyertai sejarah perumusan ideologi nasional itu.
Selama para guru sejarah terdiri dari orang-orang yang bijak, cendekia, antusias, bersemangat berbagi, pandai menghidupkan pembelajaran dengan aneka metode dan model yang merangsang intelektualitas dan humanisme peserta didik, sejarah dan Pancasila akan selalu relevan dan lestari dan hidup di dalam hati dan pikiran generasi muda dan para pelajar kita.
Menyepelekan sejarah dan meremehkan fungsi penting para guru sejarah sama saja meruntuhkan bangunan identitas nasional dan sentimen kebangsaan dan sentimen keumatan sekaligus, dan secara perlahan membunuh Pancasila, sebagai ideologi bersama dan objektivasi Islam di Indonesia.
Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H