Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Implikasi Sosial Keberadaan Supeltas

13 Agustus 2022   10:19 Diperbarui: 13 Agustus 2022   10:42 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sedekah Jumatnya Pak!"

Jadi sumbangan itu sudah dikaitkan dengan agama dan hari suci menurut agama. Sudah lagi orang repot menghindari kemacetan dengan masuk ke jalur tikus dihadang pula oleh polisi-polisi penghimpun sedekah. Tak pelak mereka mengucap hamdalah bila diberi dan mengucap: terima kasih, Pak Haji.

Dalam kasus sedemikian jelas keikhlasan dari kedua pihak diragukan. Yang satu berharap sedekah sedangkan yang lain memberi karena setengah dipaksa (dicegat, diminta bersedekah, dan karena dianggap orang soleh alias pak haji tidak elok rasanya jika tidak bersedekah).

Dari segi profesionalitas para supeltas tak resmi juga sering tidak bekerja secara profesional. Misalnya mereka hanya berdiri di pinggir-pinggir, bukannya di tengah jalan, sambil merokok. Supeltas juga merasa berhak marah-marah dan berteriak jika pengendara tidak patuh dan sulit diatur. Para pengendara semacam itu biasanya merasa tidak wajib untuk menaati supeltas karena mereka tokh bukan petugas negara. Mereka tidak punya hak tilang, tidak punya pentungan apalagi pistol, tidak punya surat tugas dan tidak ada yang mengangkat atau menunjuk secara resmi.

Pikiran polisi dan masyarakat ternyata seragam: lebih baik para supeltas itu dibina dan diberi pelatihan, agar bisa membantu tugas polisi lalu lintas di jalanan. Hal itu sudah dilakukan sejak 2017.

Lantas bagaimana sebaiknya sikap yang dibangun kedua belah pihak? Sesuai namanya para juru parkir tidak resmi itu harus lebih ikhlas membantu mengatur jalan, agar orang bisa membaca keikhlasan itu dan karenanya memberi insentif tak resmi lebih banyak dan lebih sering, dengan sukarela pula.

Warga masyarakat pengguna jalan yang merasa terbantu tiada salahnya menyisihkan sekian ribu rupiah untuk menghidupi para supeltas. Semakin ikhlas semakin bernilai sedekah. Kalau tak mampu, misalnya sedang tidak ada uang receh, paling tidak bersyukur dan mengucap terima kasih kepada mereka. Karena, siapa tidak sanggup bersyukur dan berterima kasih kepada manusia maka dia tidak akan sanggup bersyukur dan berterima kasih kepada Allah. 

Demikian disebut dalam satu hadis Nabi. Wallahu a'lam bis shawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun