Keguncangan jiwa para sahabat di saat itu diabadikan dalam Al Quran Surat Al-Ahzab ayat 11: "Di sanalah orang-orang mukmin diuji dan diguncangkan hatinya dengan guncangan yang dahsyat."
Musuh bisa menerobos  masuk kapan saja, misalnya dengan menggunduk tanah untuk menyeberang parit atau nekat turun dan memanjat ceruk parit yang sempit (seperti dalam kasus Amr bin Wudd).
Al Bukhari meriwayatkan doa Rasulullah dalam Perang Khandaq atau Perang Ahzab yang terkenal itu:
"Wahai Allah yang menurunkan Kitab, yang maha cepat perhitungannya, (tolong kami) kalahkan pasukan sekutu itu. Wahai Allah, kalahkan dan guncangkan mereka!"
Kemudian datanglah angin yang memorakporandakan kemah-kemah kaum musyrikin. Tidak ada sesuatu yang tegak melainkan ambruk, tidak ada yang tertancap melainkan tercabut. Rasa percaya musuh terhadap sekutu mereka luntur. Persatuan mereka retak. Ketakutan mulai menyusup masuk ke dalam hati mereka, sehingga gentar dan kacau. Tepat sepekan sebelum bulan Dzul Qa'dah berakhir pasukan Ahzab bubar dan pulang kembali ke Mekkah. (Ar-Rahiqul Makhtum, Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri)
Perang itu -sekali lagi- dimenangkan kaum muslimin.