Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orsu

21 Maret 2021   06:06 Diperbarui: 9 April 2022   10:59 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukannya malah mendongak ke atas.

Di satu sisi melihat kepada mereka yang posisinya di atas: yang tampaknya ‘lebih beruntung’ sangat mungkin mengurangi rasa syukur itu.

Yang muncul justru meremehkan nikmat, tidak menerima takdir, maunya berontak dan protes pada ketetapan Ilahi. Ujung-ujungnya frustasi.

"Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (Sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam)

Selain itu, yang kita sangka lebih bahagia ternyata juga punya kesusahan jenis lain.

***

Adaptasi kebiasaan yang baru --sebenarnya merupakan logika solusional yang mungkin diajukan untuk melepaskan diri dari belit kesulitan itu. Tapi itu baru grand theory-nya. Di tataran praktis orang harus menekuni lapangan pekerjaan yang lebih menghasilkan, lebih gampang, dan lebih membahagiakan.

Kelenturan dan adaptasi itu kata kuncinya. Ketika beradaptasi itu diperlukan juga kesalehan dan mentalitas positif dalam bekerja.

Nah, mentalitas positif dalam bekerja itu biasa dimiliki siapa saja: rajin, amanah, menepati janji, mau belajar, mau bekerja keras, kreatif dan pandai melihat peluang dan seterusnya merupakan sebab-sebab kesejahteraan yang bisa diperoleh siapa saja. Mentalitas positif dalam berikhtiar itu memang sekilas mirip dengan kesalehan. Kesalehan = mentalitas positif + orientasi akhirat.

Banyak orang memilih berdamai dengan keadaan dan mengabaikan nurani lantaran dasar perhitungan manfaat dan mudaratnya melulu adalah ngebul tidaknya kompor di dapur. Pemihakan terhadap kebenaran diabaikan dan cenderung memilih menjadi partisan yang manut menyokong pimpinan yang korup. Menjadi merdeka tidak lebih bermakna kalau pada akhirnya jatuh miskin.

Yang lebih substansi sesungguhnya bukan di lokasi pekuburan mana kita bakal dimakamkan, namun nasib kita di alam kubur sana. Mau dimakamkan di taman makam pahlawan, pekuburan mahal berstatus internasional, atau pemakaman orang biasa nasib Orsu sejati tidak bisa dipastikan.

Semoga kita semua tidak menjadi Orsu di alam baka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun