Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Batik Bantengan, Ketika Tradisi dan Budaya Menjadi Ciri Khas Baru

4 November 2023   11:33 Diperbarui: 4 November 2023   11:34 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berawal dari sanggar (Dok. Kompas) 

Setiap daerah memiliki tradisi dan budayanya masing-masung. Setiap daerah juga memiliki ciri khas yang melekat dan diingat oleh setiap orang. Tradisi dan budaya bisa terlihat dalam setiap aspek kehidupan. Sementara ciri khas berasal dari berbagai macam hal mulai dari seni budaya, kerajinan tangan hingga kuliner khas yang otentik.

Salah satu tradisi yang terkenal di di Jawa Timur adalah Bantengan, sebuah kesenian tarian khas dimana penari menggunakan atribut kepala banteng yang terbuat dari kayu. Bantengan diiringi musik jaranan yang rancak dan penari di dalam tubuh bantengan yang sudah dalam kondisi trace (kesurupan) akan bergerak dan bergoyang mengikuti irama dan suara lecutan cemeti.

Kesenian Bantengan ini cukup populer di Batu, Malang, Mojokerto dan sekitarnya, dengan menonjolkan masing-masing ciri khas daerahnya. Salah satunya adalah Desa Bumiaji, Batu, JawaTimur, dimana Bantengan masih terus hidup dengan kuat dan menjadi salah satu tradisi dan budaya yang masih terjaga dengan baik.

Budaya Bantengan (Dok. Kompas) 
Budaya Bantengan (Dok. Kompas) 

Melestarikan budaya Bantengan bukan hanya dari atraksi seni tari semata, namun bisa memperkenalkannya melalui media lain. Anjani Sekar Arum, seorang pemudi asli Batu telah bertekad bulat untuk melestarikan budaya Bantengan.

Ayahnya, Agus Tubrun, adalah seorang pegiat seniman Kota Batu sekaligus pendiri kelompok budaya Bantengan Nuswantara. Semangatnya sama, caranya saja berbeda. Anjani melestarikan budaya Bantengan dengan cara menuangkannya menjadi karya dalam motif "Batik Bantengan".

"Bantengan itu merupakan warisan nenek moyang kita, dan kita memiliki kewajiban untuk melestarikannya. Kita tidak boleh membiarkan budaya ini terpinggirkan, terutama karena kita adalah penjaga budaya," ujar Anjani.

Mengenyam pendidikan perguruan tinggi di jurusan seni dan desain, fakultas sastra, Universitas Negeri Malang, awalnya Anjani hanya berkonsentrasi pada seni lukis saja.  Seni batik mulai digelutinya dengan serius pada semester 6. Dalam setiap tugas kuliahnya, Anjani juga selalu memasukkan unsur budaya Bantengan.

Motif Batik Bantengan (Dok. Merdeka) 
Motif Batik Bantengan (Dok. Merdeka) 

Perjalanan lahirnya motif Batik Bantengan tidak mudah. Meski berkuliah di jurusan seni dan desain, tidak ada dosen yang mengajarinya cara membatik. Praktis Anjani harus mencari cara untuk belajar membatik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun