"Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya."
Kutipan motivasi ini pastinya sudah sering kita dengar, bahwasannya sebagai manusia kita harus bermanfaat bagi sekitar. Jika ingin bermanfaat, kita harus "memiliki sesuatu" yang bermanfaat dan "memberikan sesuatu" kepada orang lain.Â
Filosofi itulah yang dipraktikkan dengan baik oleh I Gede Merta Yoga Pratama, pemuda asal Gianyar, Bali, yang ingin membantu masyarakat sekitar terutama di tanah kelahirannya. Menurut Yoga, Indonesia memiliki potensi perikanan dan kelautan yang besar dan melimpah karena lautannya yang sangat luas.Â
Akan tetapi, sumber daya alam yang melimpah tersebut berbanding terbalik dengan realita dimana menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), 20% masyarakat kurang mampu di Indonesia itu bermata pencaharian sebagai nelayan. Sungguh ironi karena Indonesia adalah negara maritim dengan dua per tiga wilayahnya laut, masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan jutsru merupakan masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.Â
Dibantu 9 orang rekannya, Yoga menciptakan Fish Go yang dirilis pada 2017 silam. Fish Go adalah sebuah aplikasi pelacak posisi ikan berbasis navigasi untuk membantu nelayan tradisional di sekitar tempat tinggalnya di Bali. Misinya pun sederhana dan mulia: membuat nelayan tradisional lebih sehajtera.Â
Fish Go juga berawal dari keresahan Yoga ketika sedang menyelesaikan tugas dari kampusnya pada 2016 silam. Dia melakukan riset perekonomian masyarakat pesisir dan mendapati bahwa di balik gemerlap hotel dan restoran kelas atas yang menjamur, terlihat kondisi kampung nelayan yang kumuh.Â
"Saya melihat ketimpangan disana. Nelayan-nelayanya banyak yang kurang mampu," jelasnya getir.Â
Ditambah lagi, masih banyak nelayan tradisional yang menggunakan metode one day fishing dengan jangkauan rute yang tidak bisa terlalu jauh. Para nelayan berangkat melaut dan memilih lokasi secara acak. Seringkali mereka pulang tanpa membawa hasil apapun.Â
Kondisi makin diperparah dengan banyaknya nelayan yang kapal dan jaringnya itu sewaan. Jadi kalau pulang tidak membawa hasil atau hasilnya tak seberapa, mereka harus berutang ke tengkulak untuk menutup utang sewa ke pemilik kapal dan jaring.Â