Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bagaimana Mengemas Cara Mengemis Online dengan Elegan?

12 Januari 2023   12:40 Diperbarui: 17 Januari 2023   03:30 2042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini fenomena mengemis online banyak terjadi di dunia maya. Beberapa waktu lalu ramai pemberitaan seorang nenek yang Live TikTok mandi berjam-jam sampai kedinginan demi mendapatkan gift yang bisa ditukarkan dengan uang tunai.

Ada juga thread viral di Twitter dimana salah satu usernya berkenalan dengan lawan jenis di dating apps dan tiba-tiba kenalan barunya itu langsung meminta uang tanpa basa basi.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi saat ini, mengemis online seperti menjadi jalan pintas dalam mencari uang. Padahal, cara seperti ini tentu tidak dapat dibenarkan.

Dilansir wikipedia, mengemis atau pengemisan adalah praktik memohon kepada orang lain untuk memberikan bantuan berupa materi, seringkali uang, dengan sedikit atau tanpa harapan imbalan bagi si pemberi. Orang yang melakukan hal itu disebut pengemis atau peminta-minta.

Sementera mengemis online adalah praktik modern meminta orang untuk memberikan uang kepada orang lain melalui Internet, bukan secara langsung. Pengemis online biasanya meminta bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, minum atau tempat tinggal.

Butuh bantuan (sumber: Detik.com)
Butuh bantuan (sumber: Detik.com)

Akan tetapi, pengemis online yang lebih modern tak sungkan meminta-minta demi memenuhi kebutuhan tersiernya seperti liburan, pendidikan anak, hingga membeli barang mewah yang tidak mampu mereka beli.

Sebenarnya fenomena mengemis online ini terjadi akibat maraknya pertumbuhan pengguna internet, para content creator serta banyaknya platform yang berpotensi untuk disalahgunakan. Sehingga mengemis bukan hanya sekedar jalan pintas, tetapi juga bisa dijadikan profesi atau pekerjaan.

Kembali ke kisah nenek-nenek viral yang mengharapkan saweran di TikTok. Meski sekilas terlihat sedang 'mengemis'.

Sebenarnya ada suatu tindakan darinya untuk memberi sedikit imbalan ke pemberi, yaitu dengan melihatnya mengguyur badan dengan air hingga kedinginan.

Jika pengemis konvensional membuat banyak orang memberi dengan rasa iba dan kasihan, trik psikologis inilah yang coba dimainkan oleh si nenek (atau siapapun oknum yang menyuruhnya berbuat demikan) agar para audiens memberinya gift dan menyuruhnya menyudahi aksi tersebut karena iba.

Mendulang rasa iba (sumber: CNBC.com)
Mendulang rasa iba (sumber: CNBC.com)

Imbalan berupa melihat aksi si nenek terus mengguyur badannya dengan air dingin tentu tidak sepadan jika dilihat dari sisi kemanusiaan dan moralitas.

Padahal, jika memang ingin mengemis secara online ada cara yang bisa digunakan untuk 'mengemasnya'. Salah satunya, menurut saya pribadi, adalah menggunakan platform OnlyFans.

Meski imbalannya adalah dokumentasi pribadi yang cukup sensitif, dan mungkin disenangi oleh si 'penyawer'. Bagi saya, platform tersebut tak lebih dari cara mengemis online yang 'berbungkus' transaksi jual-beli.

Lain halnya dengan yang dilakukan oleh salah satu travel blogger ternama. Menyadari sudah berkurangnya rekan sejawat yang masih rajin menulis di blog, dia tak ragu untuk mengemis online yang dibungkus dengan label 'beri saya uang jajan'.

Alasannya pun jelas. Blognya berjalan dengan independen, tidak penuh dengan ads atau iklan pop-up, dan tentunya untuk memberinya semangat dalam mengisi konten blognya, terutama untuk pembaca setianya.

Imabalannya, kita dapat terus melihat kontennya yang unik dan otentik, serta pemandangan mata juga tak rusak oleh banyaknya ads yang mengganggu.

Lain halnya dengan seorang youtuber yang selalu melakukan aksi sosial dengan memasak besar dan membagi-bagikannya ke masyarakat. Dia tak segan-segan mengemis online baik dengan cara lip ads di videonya atau dengan memberikan link 'ucapan terima kasih' untuk memberikannya materi berupa uang.

Dengan cara seperti itu, dia bukan sekedar mengemis, tetapi justru menjadi perpanjangan tangan untuk memberi atau menolong banyak orang. 

Tak jarang banyak endorse berdatangan. Belum lagi saweran dari para pemberi agar disalurkan ke masyarakat atau sekedar ucapan terima kasih untuknya.

Pengguna internet (sumber: Kompas.com)
Pengguna internet (sumber: Kompas.com)

Inilah yang dimaksud dengan 'mengemis online' dengan elegan dan penuh gaya. Bukan sekedar asal mengemis, tetapi ada feedback atau imbalan yang bernilai atau memiliki value bagi para followers, fans, pengikut atau subscribernya.

Di era banyaknya content creator yang bermunculan, suka atau tidak, mengemis online akan menjadi salah satu cara atau jalan pintas untuk mendulang cuan. 

Tinggal bagaimana cara mereka mengemasnya saja, entah dalam bungkusan negatif atau kemasan positif dan bernilai.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun