Tahun 2019 adalah tahun di mana "mata" saya terbuka lebar dan melihat bagaimana pesatnya perkembangan transportasi di ibu kota. Jika dulu saya sering naik kendaraan pribadi, karena satu dan lain hal saya harus lebih sering naik transportasi umum, salah satunya KRL CommuterLine.
Kemudahan dalam mengakses setiap sudut ibu kota, dimana rute KRL sudah mencakup area Jabodetabek, serta kemurahan tarif ongkosnya membuat KRL menjadi transportasi favorit. Dalam setiap aktivitas dan kesibukan, saya selalu menggunakan moda transportasi ini.
Apa daya, sejak pandemi merebak saya pun memutuskan untuk kembali menggunakan kendaraan pribadi ketimbang harus berdesak-desakan di dalam gerbong di mana potensi penularan virus Covid-19 masih cukup besar meski para penumpang sudah mematuhi prokes.
Sampai di tahun 2022 lalu, saya masih menggunakan KRL terutama bila ingin melakukan perjalanan jauh ke Bogor atau Rangkasbitung, misalnya. Meski intensitasnya tak sesering 2-3 tahun lalu, tapi saya masihlah seorang anker (anak kereta).
Baru-baru ini, tersiar kabar kalau tarif KRL akan dinaikkan. Yang bikin geger adalah besaran kenaikan tarif itu dibedakan bagi Si Kaya alias orang-orang dari kalangan menengah ke atas sampai kalangan atas yang berpenghasilan, dan juga bagi Si Miskin, yang saya tak tahu apakah mereka tidak berpenghasilan atau penghasilannya pas-pasan atau tak menentu.
Skema subsidi silang memang sedang digodog oleh Kementerian Perhubungan selaku regulator dan PT. KAI selaku induk PT Kereta Commuter Indonesia yang mengoperasikan KRL Commuter Line. Apakah skema Si Kaya harus mensubsidi Si Miskin berhasil atau tidak?
Andaikan perbedaan tarif untuk dua kelas sosial masyarakat ini benar-benar terealisasi, saya membayangkan bagaimana jadinya bila 'Si Kaya' dan 'Si Miskin' naik kereta yang sama.
Si Kaya mungkin akan memiliki (banyak) privilege. Mungkin saja dia bisa berlangganan gratis parkir valet di stasiun langganan di mana dia biasa naik KRL. Mungkin saja ada jalur khusus layaknya fast track di wahana bermain yang membuatnya tidak harus antre lama.