Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"X-Men: Dark Phoenix", Upaya Penebusan Dosa yang Gagal

27 Juni 2019   12:56 Diperbarui: 29 Juni 2019   19:40 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
adegan yang di-reshooot (sumber: foxmovies.com)

Kekacauan inilah yang membuat jalan cerita Dark Phoenix terasa datar dan membosankan. Jean Grey muda yang harusnya lebih buas dan mengerikan malah kalah jauh bila dibandingkan kengerian yang diciptakan oleh Jean Grey versi Famke Janssen.

too much feminism (sumber: variety.com)
too much feminism (sumber: variety.com)
Belum lagi unsur feminisme yang terlalu dipaksakan dan dimasukkan ke dalam cerita. Tak cukupkah film dengan karakter utama wanita, villain seorang wanita, ditambah kisah pengorbanan seorang wanita di tengah cerita dijejali ke penonton.

Bahkan, karakter figuran sekelas Storm saja mampu memenangi argumen terhadap karakter sentral yang lebih kuat seperti Professor X atau Cyclops. Ingin yang lebih meh, ada dialog antara Mystique dan Professor X yang menyebut X-Men sebaiknya diganti menjadi X-Women. Bukan sepenuhnya menolak kampanye SJW, namun unsur feminisme yang overdosis bisa menjadi bumerang.

Sepertinya Fox tidak belajar dari kesalahan mengganti peran Human Torch menjadi kulit hitam di Fantastic Four (2015). Harus diakui, Marvel Studios masih lebih baik dalam mengemas kampanye SJW ke dalam film-filmnya (Ah, siapa sih yang tak ingat kumpulan superhero wanita dalam adegan klimaks Endgame. Atau bagaimana Black Panther (2018) menjadi film laris meski didominasi pemeran kulit hitam).

Untungnya, Dark Phoenix masih terselamatkan oleh performa para cast serta visual efek yang memanjakan mata. Sophie Turner yang diplot sebagai "sapi perah" baru setelah Jennifer Lawrence dan Hugh Jackman tampil sangat baik sebagai karakter utama. Chemistry antara James McAvoy dan Michael Fassbender masih menyihir penonton, belum lagi Nicholas Hoult yang mendapat banyak pengembangan karakter dibanding film-film sebelumnya.

Menyelamatkan Jean Grey (sumber: forbes.com)
Menyelamatkan Jean Grey (sumber: forbes.com)
Sayangnya, karakter villain yang tidak kuat dan seolah hanya tempelan seperti membuang talenta seorang Jessica Chastain yang sejujurnya tampil lebih niat dibanding Jennifer Lawrence yang sudah jual mahal sejak memenangkan Oscar dan ogah "didandani" dengan cat biru di seluruh tubuhnya (Ayolah, Mystique itu terkenal dengan penampilannya yang naked).

Sebagai seri penutup X-Men sebelum Marvel meremakenya yang kita tidak tahu itu kapan, Dark Phoenix tampil amat sangat buruk. Film ini seperti menyianyiakan secercah harapan agar franchise ini hidup kembali setelah First Class (2011) yang menyegarkan dan juga Days of Future Past (2014) yang intim dan memukau. Dark Phoenix malah membuat serial X-Men kian terpuruk setelah jatuh terhempas akibat Apocalypse (2016) yang anehnya terlihat lebih baik berkat buruknya film ini.

adegan yang di-reshooot (sumber: foxmovies.com)
adegan yang di-reshooot (sumber: foxmovies.com)
Akhir kata, Dark Phoenix ternyata tak mampu mengembangkan sayapnya dengan lebih indah. Upaya Kinberg menebus dosanya belasan tahun silam justru menambah daftar penistaan baru terhadap karakter Jean Grey dan Phoenix. Akan tetapi dibalik dosa-dosa Fox terhadap X-Men, mungkin kita harus berterima kasih pada seri terakhir ini. Karena Dark Phoenix mampu membuat The Last Stand yang buruk itu menjadi terlihat lebih menakjubkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun