Dalam mencari angle terbaik, Mas Ruby memberi tips untuk mendapatkan hasil food photography yang optimal dengan memperhatikan Warna (gunakan warna-warna yang menggugah selera), Tekstur (makanan hot plate harus terlihat uapnya, dan makanan yang cripsy harus terlihat garing), dan Volume (jika makanan terlihat besar atau kecil harus sesuai dengan ukurannya).
"Kalau sudah bingung dan kehabisan ide, maka potret saja makanannya secara dekat atau close up," terang Mas Ruby.
Tak seperti tips-tips sebelumnya. Memotret dengan jarak dekat ternyata menjadi opsi paling terakhir dalam food photography. Biasanya tips ini memang digunakan jika si pemotret sudah kehabisan ide atau tidak menemukan angle yang pas untuk "menceritakan" makanan tersebut.
Anyway, di acara tersebut saya pribadi sempat mengalami kesulitan karena pencahayaan dan background yang kurang mendukung. Akhirnya saya mengakalinya dengan foto close up. Hasilnya? Not bad.
Food photography memang bukan hanya soal menjepret makanan karena pada akhirnya tidak semua makanan bisa diabadikan melalui lensa kamera. Namun, jika dikemas dengan menarik dan mengikuti tips-tips di atas, bukan tidak mungkin kita juga bisa bercerita dan berbagi rasa lewat makanan.
"Semua menu yang enak belum tentu cantik. Dan semua menu yang cantik belum tentu enak. Makanya kita harus memilih menu secara bijak," tutup Mas Ruby.
Nah, Apakah Anda tertarik belajar food photography? Atau ingin menjadi food photographer profesional? Do it now, karena tak pernah ada kata terlambat untuk memulai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H