"Most people only dream of what pilots have seen.."
Sebagai penumpang pesawat, kita mungkin hanya bisa melihat langit dari samping jendela kabin. Rasanya ingin sekali melihat pemandangan langsung dari depan, namun sangat sulit karena ini bukanlah bis lintas kota dimana kita bisa duduk di depan tepat di samping si "Pak Kusir" dan yang pasti dari luar pesawat tak akan ada teriakan "Om telolet om".
Meski tidak benar-benar melihat langsung pemandangan di depan moncong pesawat, setidaknya saya sempat menyaksikan versi simulasinya di Garuda Indonesia Training Center(GITC) dalam acara Blogtrip Sobat Aviasi beberapa waktu lalu. Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Penerbangan Udara (DJPU), bersama rekan-rekan kompasianer lainnya saya melihat "kawah candradimuka" dimana para calon pilot dan cabin crew digembleng sebelum take off dan "siaran langsung" tanpa delay bersama si burung besi.
Bapak Agus Santoso sebagai perwakilan dari DJPU terus menggalakkan prosedur penerbangan dimana yang paling utama adalah safety, safety dan safety. Yang menarik perhatian saya adalah gemblengan yang diterima oleh calon pilot. Mereka akan belajar simulasi penerbangan pesawat "as real as possible" dengan segala macam situasi mulai dari normal sampai emergency.
For your information, GITC memiliki tujuh simulator. Enam diantaranya masih aktif, yaitu Airbus A320, Boeing 737-800, Boeing 747-800, Airbus A330, Boeing 737-300/400 dan Bombardier CRJ-1000. Flight simulator ini bukan hanya mentraining pilot Garuda Indonesia, tetapi juga menerima training dari Saudi Arabia, Irak, India dan maskapai lainnya.
Kualitas simulator GITC sangat bagus. Apalagi, tak semua perusahaan penerbangan memiliki simulator yang harganya mencapai Rp 200 miliar. Harga sekali sewa juga tidak murah, rangenya USD 400 - 500 per jam. Sekali latihan minimum empat jam, dan para calon pilot baru dinyatakan lulus setelah berlatih selama 80 jam. Jangan dibayangkan atau dikalkulasikan berapa biayanya. Berat, kamu bisa langsung stroke melihat angkanya. Karena itulah menjadi pilot bukan main-main.
"Sky is big but no room to errors, langit boleh luas tapi tak boleh ada kesalahan sekecilpun,"ungkapnya. Beliau juga menyampaikan bahwa dunia penerbangan adalah dunia transportasi paling aman. Buktinya rasio tingkat kecelakaan pesawat terbang sangat kecil. Jadi bila ada yang bilang kalau naik pesawat kita hanya bisa pasrah, sebaiknya ia cepat-cepat bertobat.
Kembali ke flight simulator sebelum ia berubah jadi Bumblebee atau Megatron. Saat masuk ke dalam, suasana kokpit dibuat 99% mirip dengan aslinya. Ada beragam tombol yang jika dilihat oleh orang awam sangat membingungkan namun para pilot pastinya sudah paham apa fungsi dari tombol-tombol tersebut. Bahkan beberapa kompasianer sempat menjadi saksi hidup kala Bapak Agus memperagakan simulasi penerbangan.