"THIS IS SPAAARRTAAA..!!!"
Ups, sorry salah film. Anyway, entah mengapa tiap kali Gerard Butler membintangi sebuah film, saya selalu teringat perannya sebagai King Leonidas dengan quotes-nya yang ikonik nan legendaris itu. Meski ia membintangi banyak film selain 300 (2007) namun peran tersebut ternyata lebih memorable dibanding lakonnya di film-film lain.Â
Yah, kurang lebih sama seperti Hugh Jakcman sebagai Wolverine, Robert Downey Jr kala menjadi Tony Stark/Ironman atau Daniel Radcliffe yang kadung lekat dengan imej sebagai Harry Potter.
Kali ini, sebagai pembuka tahun 2018, Butler membintangi film action berjudul Den of Thieves. Kalau boleh saya sebut, karir Butler sebagai aktor memang cenderung mengarah ke film-film action "B-Class" yang dibumbui komedi teatrikal atau komedi satir. Sebagai aktor yang pernah ditawari peran James Bond yang ditolak olehnya dengan alasan aksen scottish-nya yang kental, sepertinya Butler harus menyesali keputusannya karena kini ia malah mencoba menjadi James Bond "wanna be".
***
Los Angeles 2018, dimana perampokan sering terjadi. Dibuka dengan adegan perampokan berujung tembak-tembakan antara petugas kepolisian dan kawanan perampok. Komplotan yang dipimpin residivis Ray Merrimen (Pablo Schreiber) itu justru hanya mendapatkan sebuah truk kosong lengkap dengan status baru sebagai "pembunuh" polisi.
Dari informasi tersebut diketahui bahwa Merrimen cs berusaha melakukan perampokan di Federal Reserve Bank yang terlihat sulit dilakukan karena pengamanannya yang ketat. Merrimen mencoba mencuri uang yang dianggap hilang di pasaran (karena nomor serinya sudah dihapus) sebelum uang-uang tersebut dihancurkan.
Lalu berhasilkah Nick dan satuan unit elitnya menghentikan aksi kawanan perampok handal tersebut? Bagaimana kelanjutan rencana perampokan yang disusun rapi oleh Merrimen? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan kita dapatkan kala menyaksikan Den of Thieves.
***
Sejujurnya saat pertama kali menonton trailer film ini saya menduga Den of Thieves akan penuh dengan aksi tembak-tembakan yang menegangkan. Nyatanya aksi "dor..dor..jedorr" hanya ada di 10 menit pertama dan 20 menit terakhir. Selebihnya, film ini lebih cocok disebut crime thriller dengan drama keluarga yang tak begitu penting.
Sebagai film "kelas B" Den of Thieves juga menggunakan formula yang hampir mirip dengan film action sekelasnya. Misalnya tema perampokan bank dengan pengamanan mustahil (yang sudah basi karena selalu digunakan banyak film), keterlibatan rapper kulit hitam, dalam konteks ini 50 Cent, yang selalu ikut ambil bagian film action (contoh lain: Ice Cube, Ludacris dan Chris Brown), sampai twist yang menurut saya bukanlah "twist".Â
Entah bagaimana respon penonton lain, saya pribadi tidak terlalu terkejut dengan ending yang datar tersebut karena hampir di semua film action selalu menggunakan "twist" yang sama.
Yang menarik dari film ini hanyalah adegan psywar antara polisi dan perampok seolah-olah mereka saling mengawasi pergerakan masing-masing sebelum "pertandingan" yang sebenarnya dimulai. Lalu ada juga strategi cerdas untuk menjebak dan mengalihkan perhatian polisi sebelum Merrimen cs melancarkan aksi perampokan yang sesungguhnya. Adegan tembak-tembakan juga terkesan real, tidak terlalu lebay, namun juga tidak wah.
Gerard Butler mungkin lebih cocok bermain di film drama romantis, seperti kala ia membintangi P.S. I Love You (2007), jika ia tidak ingin menjadi seperti Nicolas Cage yang kini terjebak pada film action kelas B. Atau namanya mungkin akan tenar sebagai aktor yang hanya mengandalkan otot seperti Vin Diesel atau Dwayne Johnson.
Ah sudahlah, jika Anda ingin melihat Gerard Butler kembali beraksi silakan tonton Den of Thieves yang hanya sekedar film pendukung karirnya. Karena bagi saya peran terbaik Butler hanya di film How to Train Your Dragon (2010 & 2014) sebagai pengisi suara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H