Jika kita dihadapkan pada situasi nasi sudah menjadi bubur, ya enakin aja. Nikmati setiap kesalahan itu dan cobalah untuk menambahkan senyum, tawa dan optimisme. Sama seperti bubur yang diberi topping bervariasi seperti kacang, cakwe, suwiran ayam, seledri, kerupuk, dll.
Btw, pernahkah Anda berpikir bagaimana jika semua condiment dan topping-topping tersebut ditambahkan pada sepiring nasi. Jadilah nasi ditaburi seledri, cakwe, ayam, bawang goreng dan dibumbui kecap asin dan kecap manis. Duh, membayangkannya saja sudah ilfeel duluan apalagi jika memakannya. Bahan pelengkap bubur jelas bukan lauk pauk nasi!
Polemik diaduk atau tidak diaduk
Beberapa waktu lalu ramai di media sosial mengenai bubur diaduk atau tidak diaduk. Sebenarnya mau diaduk atau tidak, bubur tetaplah bubur. Namun saya pribadi lebih suka mengaduknya. Alasannya sederhana. Sama seperti bahan tambahan dan topping bubur, cara menikmatinya adalah dengan mengaduk semuanya karena itulah membedakannya dengan nasi. Jujur deh, seberapa banyaknya lauk saya tidak pernah mengaduk-aduknya bersama nasi, bahkan saat makan di warteg atau rumah sekalipun.
Memang ada yang menikmati bubur dengan cara tidak mengaduknya dan mengambil lapisan paling dalam baru kemudian 'lauk'-nya. Namun disinilah saya kembali belajar pada semangkuk bubur. Rasa asin dari kaldu, manis dari kecap, pedas pada sambal atau pahit pada bahan pelengkap lainnya sama seperti momen-momen dalam hidup kita, baik saat senang, sedih, bahagia, kecewa, marah, suka, duka atau bersemangat.
Bukankah lebih nikmat jika menyatukan semuanya? Menyatukan setiap perasaan senang maupun sedih karena seperti itulah hidup. Kita tidak bisa memilih mau senang saja dan tidak mau berduka. Begitu juga dengan cara makan bubur. Bagi saya lebih nikmat jika menyatukan dan mengaduknya sebelum disantap. Karena saya tidak bisa memilih mau mencicipi yang asin-asin saja atau yang pedas saja. Segala sesuatu harus seimbang.
Food tells everything. Dari makanan kita bisa mempelajari banyak hal. Mulai dari asal usulnya, komposisi atau bahan utamanya, kandungan gizinya, sampai yang bersifat filosofis seperti inspirasi yang bisa kita dapatkan dari makanan tersebut.
Anyway, saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Anda yang sudi meluangkan waktunya untuk membaca cerpen gak penting milik saya. Ini hanyalah cerita random pengisi waktu luang, ditambah saya sudah jarang menulis artikel berdasarkan pemikiran pribadi (maklum, banyak setoran blog review dan ngebut ngerjain blog competition).
Sebagai penutup, saya sedikit bingung memberi judul yang pas untuk artikel ini. Dengan menyadur dan memelintir satu kata saja, semoga semangkuk bubur bisa menjadi inspirasi dan menyegarkan jiwa, hati dan pikiran Anda.