"Rusia tidak cocok untuk mengembangkan bisnis internet pada saat ini. Kami memiliki pilihan yang sederhana: Mengkhianati nilai-nilai kami sendiri atau menjaganya dan meninggalkan negara ini untuk mencoba sesuatu yang baru."
Kalimat itu keluar dari mulut Pavel Durov, saat ia memutuskan untuk meninggalkan Rusia. Polemik dan kekisruhan dengan pemerintah setempat membuatnya terpaksa meninggalkan negaranya dan keluar dari perusahaan yang didirikan olehnya. Namun di sinilah awal mula dia menciptakan aplikasi messenger Telegram yang mengutamakan privasi dan keamanan penggunanya, prinsip teguh yang sering didengungkan olehnya.
Bersama kakaknya, Nikolai Durov dan tim yang dibentuknya. Durov Cs kini menjadi musafir, pengembara yang hidup berpindah-pindah. Gaya hidup nomaden ini juga membawanya ke tempat-tempat indah di seluruh dunia, semua tempat yang diimpikan oleh traveler.
Siapa itu Pavel Durov?
Terlahir di Leningrad, Rusia 10 Oktober 1984 silam, Pavel muda lebih banyak menghabiskan masa kecilnya di Turin, Italia sebelum kembali ke Rusia pada 2001 dan melanjutkan studi di Universitas St. Petersburg jurusan filologi. Di tengah masa kuliahnya, Durov juga mempelajari ilmu pemrograman (coding).
Pada tahun 2006 setelah lulus dari universitas, Durov bersaudara bersama Vyacheslav Mirilashvili, teman lama Durov yang tinggal di Amerika Serikat, memutuskan untuk membuat Vkontakte. Vkontakte atau VK adalah aplikasi media sosial berbahasa Rusia yang mirip dengan Facebook baik dari segi tampilan maupun gradasi warna. Durov sendiri mengaku bahwa ia terinspirasi oleh konsep Facebook.
Belakangan VK justru lebih populer di Rusia dibandingkan Facebook. Jumlah penggunanya mencapai 350 juta orang dan berhasil menjadi perusahaan sukses dengan nilai mencapai US$ 3 miliar. Saat itu, kekayaan yang dimiliki Durov juga melesat tajam dan diperkirakan mencapai US$ 260 juta (Rp 3,5 triliun). Kesuksesan mendirikan perusahaan teknologi dengan karya yang patut diperhitungkan inilah yang membuatnya dijuluki "Mark Zuckerberg dari Rusia".
Konflik dengan pemerintah dan keluar dari Rusia
Perjalanan hidup setelah meraih kesuksesan ternyata tak semulus yang dibayangkan. Pada 2011, Durov sempat bersitegang dengan pihak kepolisian setelah pemerintah Rusia meminta penghapusan laman milik kelompok oposisi. Pemerintah Rusia juga selalu menekan Durov untuk memberi data lawan politiknya dan juga para demonstran dan pengunjuk rasa Ukraina (saat itu terjadi konflik di Ukraina) kepada intelijen Rusia. Durov juga menolak perintah untuk menutup laman milik Alexei Navalny, orang yang menentang pemerintahan Putin, dan menyebut bahwa perintah tersebut tidak memiliki landasan hukum yang kuat.
Pemerintah Rusia mencoba mengintimidasi Durov dengan mengirimkan tim intelijen bersenjata ke kediamannya dan mencoba mengkriminalisasi dirinya dengan menyebut bahwa ia telah menabrak seorang polisi. Namun hal itu terbantahkan karena ia tidak bisa menyetir. Puncaknya pada akhir 2013, Durov dipaksa menjual 12% saham VKontakte ke Ivan Tavrin, pemilik utama perusahaan internet Rusia, Mail.ru yang merupakan teman dekat Vladimir Putin, dan secara bertahap menjual 52% kepemilikan mayoritas VKontakte ke Mail.ru.
"Kebebasan bagi seorang CEO untuk mengelola perusahaan telah menurun perlahan-lahan. Sangat sulit tetap bertahan dengan orang-orang yang berbeda prinsip dengan awal mula perusahaan ini dibentuk," jelasnya saat itu.
Durov pun mengabaikan permintaan untuk datang ke persidangan sehingga pemerintah mengirimkan petugas polisi untuk menggrebek kantor VKontakte. Namun Durov sudah tidak ada di sana karena telah meninggalkan Rusia beberapa hari dengan penerbangan dari bandara Pulkovo.
"Saya tidak yakin memiliki niat untuk kembali dan menetap disana,"kata pria yang selalu menggunakan outfit hitam-hitam ini.
Membangun Telegram dan hidup nomaden
Sebelum meninggalkan Rusia, Durov bersaudara sudah memiliki rencana cadangan. Mereka diam-diam mendirikan perusahaan di New York dan menerbangkan beberapa karyawan setia VKontakte ke Amerika Serikat. Di sinilah ia mulai membuat proyek baru yang kita kenal sebagai aplikasi Telegram.
Telegram menjadi aplikasi laris digunakan dan telah mencapai 100 juta pengguna dengan 12 miliar pesan terkirim dan juga 600 ribu pengguna baru setiap harinya. Bahkan, kini pangsa pasar baru datang dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Amerika Latin.
Tak seperti bos-bos di Sillicon Valley, Pavel Durov dan timnya lebih memilih hidup nomaden dan berpindah-pindah tempat dalam bekerja dan menjalankan aplikasi Telegram. Setelah memegang kewarganegaraan St. Kitts and Nevis, Durov lebih suka melanglang buana. Dengan kekayaannya yang diperkirakan mencapai US$ 300 juta, uang bukan masalah baginya. Durov senang dengan kehidupan bebas sekaligus misterius. Kita tak bisa mengulik kehidupan pribadinya. Ia juga tak ingin terpaku di suatu negara.
Durov mengatakan bahwa para karyawan Telegram saat ini ada yang sedang bekerja di depan perapian sebuah villa di daerah pegunungan, di balkon hunian mewah salah satu sudut kota New York, atau bahkan rumah kayu di tepi danau Finlandia. Durov juga menyebut timnya saat ini sebagai "para pengembara" dan hidup berpindah-pindah dalam kurun waktu tertentu.
Tak heran, karena tuntutan pekerjaannya ini Durov juga hobi traveling dan fotografi sehingga setiap momen dari perjalanannya bisa kita lihat di akun instagram resmi miliknya @durov. Baginya, bekerja produktif adalah menyendiri dan menjauhi keramaian dengan pemandangan indah. Durov diketahui pernah berlibur di Paris, London, Sisilia, Dubai sampai Maldives. Ia pun juga pernah menghabiskan waktu berlibur di Bali dan Raja Ampat.
"Selama dua setengah tahun keberadaan kami, kami belum mengungkapkan secuil pun data pengguna kami,"tegas pria berwajah tampan ini.
"Jika dia ingin pergi, biarkan dia pergi. Jika dia ingin kembali, biarkan dia kembali. Itu adalah urusan pribadinya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H