Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kegagalan Bisnis, Hutang Menumpuk dan Pelajaran Mengelola Keuangan

2 September 2017   22:14 Diperbarui: 5 September 2017   14:25 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Businessman (sumber: www.jokosusilo.com)

Akhir tahun 2000-an dan awal tahun 2010-an, era internet sudah mulai merajalela. Selain memunculkan situs-situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter, bisnis online juga mulai merambah kehidupan para netizen. Beberapa seller biasanya menjual dagangannya melalui web, blog, forum jual beli online sampai media sosial. Tak ayal, dalam waktu singkat muncul banyak anak muda yang sukses berkat bisnis online.

Atas dasar kesuksesan 'mereka-mereka' itulah sayapun ikut latah dan terjun di bisnis online. Dari mulai coba-coba menjual produk seperti makanan, clothing, buku bekas, aksesoris sampai elektronik semua saya lakukan. Sebagian besar berakhir dengan kegagalan sampai akhirnya menemukan segmen bisnis yang klik dan cocok dengan saya.

Setelah menggeluti selama beberapa bulan, akhirnya saya yakin bahwa saya bisa meraih sukses melalui bisnis online dan meraih mimpi-mimpi saya. Ya, impian anak berusia 20-an yang idealis cenderung naif.

Pasang surut bisnis

Kenyataannya, bisnis online tak semulus yang dibayangkan. Pertama kali berkecimpung di awal tahun 2011 dan setelah melalui trial and error selama hampir setahun, akhirnya saya menemukan formula bisnis dari segmentasi yang saya suka. Sebenarnya, saat itu saya hanya bergelut di bisnis yang bisa mendatangkan banyak profit saja dan dari sekian banyak yang saya coba bisnis inilah yang menguntungkan.

Bisnis online (sumber: www.ubisnis.com)
Bisnis online (sumber: www.ubisnis.com)
Dua sampai tiga bulan pertama, bisnis ini menunjukkan tanda-tanda positif. Bulan-bulan berikutnya, transaksi masih stagnan meski tidak ada penurunan dan kenaikan berarti yang artinya masih lancar-lancar saja. Akhirnya setelah beberapa bulan, bisnis ini mengalami kelonjakan yang cukup signifikan. Saya ingat saat itu adalah pertengahan tahun 2012 dan menjelang hari raya Idul Fitri. Penjualan bak kacang goreng! Tiada hari tanpa orderan dan pengiriman terus berlanjut. Bahkan dari hasil bisnis tersebut saya akhirnya bisa liburan dan menikmati hasil jerih lelah.

Namun dua bulan setelahnya, bisnis kembali ke 'kebiasaannya' dimana penjualan sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Memang tidak sampai merosot namun disinilah titik awal dari kejatuhan usaha yang sudah saya bangun.

Jatuh, bangkrut dan bertobat

Awal tahun 2013, saya masih setia dengan bisnis saya serta menambah diferensiasi produk dengan harapan dapat meningkatkan jumlah penjualan. Saat itu saya tak tertarik berjualan macam-macam atau palugada (apa lu mau gue ada) karena ingin fokus di satu jenis usaha saja.

Sayangnya, semester pertama tahun 2013 penjualan benar-benar merosot sampai-sampai saya mencari pekerjaan sambilan sembari menjaga bisnis tersebut. Semester kedua, penjualan sudah menunjukkan tanda-tanda kacau balau. Bahkan dalam satu bulan saya hanya bisa menjual 2-3 item saja. Puncaknya di tahun 2014, status usaha tersebut sudah menjadi 'mati segan hidup tak mau'. Tak ada penjualan sama sekali dan sudah di ambang kebangkrutan.

Finansial (sumber: www.halomoney.co.id)
Finansial (sumber: www.halomoney.co.id)
Btw, di tahun 2014 kondisi keuangan saya juga morat-marit mengikuti kondisi bisnis saya. Tak jarang untuk makan saja saya sampai mengirit, belum lagi pengeluaran rutin yang harus saya bayar tiap bulannya (listrik, air, pulsa, dll). Dengan finansial yang pas-pasan tersebut akhirnya saya jatuh dalam kebangkrutan. Kakak sayapun akhirnya menasihati untuk 'bertobat' dan menjadi karyawan kembali jika penghasilan menjadi karyawan masih lebih baik ketimbang kerja serabutan seperti itu.

Awalnya saya menolak karena masih bisa cari duit sendiri, meski sedikit yang penting cukuplah. Akan tetapi di minggu-minggu berikutnya saya terlibat hutang yang cukup dalam, usahapun juga sudah tak berjalan. Akhirnya, juni 2014 menjadi tanda pertobatan saya. Saya sadar sudah jatuh bangkrut dan terlibat banyak hutang. Menjadi kuli (karyawan) adalah pilihan terbaik. Lagipula dengan menjadi pegawai kantoran kembali itu tidak dosa koq.

Pelajaran dari kegagalan bisnis

Apa yang bisa saya (dan juga Anda) pelajari dari kegagalan saya dalam berwirausaha atau dalam konteks saya berbisnis online. Berikut adalah poin-poin yang bisa menjadi pembelajaran:

1. Tak ada visi. Benar, saat itu saya hanya berbisnis untuk mencari cuan atau keuntungan semata. Tak ada planning atau rencana jangka panjang untuk membesarkan bisnis tersebut.

2. Minim produk. Sebetulnya saat itu saya hanya menjual 2-3 item saja karena hanya produk tersebut yang laku keras. Namun setelah itu saya menambah diferensiasi produk agar pelanggan memiliki banyak pilihan. Sayangnya hal itu sudah terlambat untuk menyelamatkan bisnis saya.

3. Tidak mengawasi kompetitor. Saya terjebak di zona nyaman dimana pembeli akan terus berdatangan. Saat itu saya tidak mengawasi para kompetitor yang menjual produk serupa dengan harga lebih rendah. Nyatanya banyak dari mereka yang sudah membanting harga sampai ke harga modal saya dan mulai memiliki reputasi yang lebih baik dari saya.

4. Kurang modal. Awalnya saya menyetok barang untuk kemudian dikirim. Namun karena keterbatasan modal, di bulan-bulan terakhir saya menggunakan sistem dropship dimana distributor yang mengirim langsung ke customer atas nama saya.

5. Kurang mencermati perkembangan pasar. Ya, pasar selalu dinamis dan inilah kesalahan fatal saya. Saat itu produk saya sudah mulai ditinggalkan dan tidak dilirik lagi. Namun saya masih kekeuh untuk menjualnya.

6. Manajemen keuangan yang buruk. Inilah kesalahan yang paling fatal! Pengelolaan keuangan bisnis saya tidak terarah. Seharusnya dari setiap keuntungan saya membaginya untuk tabungan, pengembangan usaha dan keuntungan pribadi. Namun 100% dari profit langsung menjadi keuntungan pribadi saya. Tak ada tabungan, tak ada dana investasi usaha. Jangan pikirkan dana darurat, itu jauh dari kepala saya.

Flyin money (sumber: www.infoperbankan.com)
Flyin money (sumber: www.infoperbankan.com)
Pentingnya menabung untuk usaha

Dari kegagalan bisnis ini, saya mendapat pelajaran berharga bila suatu hari saya akan merintis usaha kembali. Pentingnya pengelolaan finansial akan berimbas pada perencanaan keuangan kita di masa depan. Misalnya dengan dengan mengatur keuangan usaha dan menabung sebagian untuk dana investasi dan dana cadangan sangatlah penting agar finansial kita sehat. Apalagi jika kita menabung di bank-bank yang sudah dijamin oleh LPS.

Apa itu LPS? LPS adalah Lembaga Penjamin Simpananyang berfungsi menjamin simpanan nasabah bank. Selain itu, sebagai lembaga independen LPS juga berperan aktif dalam menjaga sistem perbankan sesuai kewenangannya.

Lalu apa saja yang dijamin oleh LPS? Simpanan nasabah bank seperti tabungan, deposito, giro dan simpanan lain yang dipersamakan telah dijamin oleh LPS. Tak hanya itu, untuk nasabah bank syariah LPS juga menjamin simpanan tabungan wadiah, giro wadiah, tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

Bagi wirausahawan, memiliki simpanan yang dijamin oleh LPS tentu memberikan keuntungan untuk tabungan serta pengembangan usaha. Apalagi dana yang dijamin oleh LPS mencapai Rp 2 milyar per nasabah. LPS juga memberikan kemudahan untuk pembayaran klaim penjaminan bila izin usaha dicabut.

Menabung pangkal kaya (sumber: www.beritapositif.net)
Menabung pangkal kaya (sumber: www.beritapositif.net)
Agar simpanan nasabah mendapatkan penjaminan oleh LPS, tentunya ada beberapa syarat seperti berikut:

1. Simpanan nasabah baik berupa tabungan, giro dan deposito harus tercatat di pembukuan bank.

2. Bunga simpanan nasabah tidak melebihi tingkat bunga wajar yang ditetapkan oleh LPS.

3. Nasabah tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, seperti kredit macet.

Karena banyaknya wirausahawan yang memiliki beberapa rekening pada satu bank, maka LPS akan menjumlahkan saldo di seluruh rekening sampai batas maksimun simpanan yang dijamin (Rp 2 milyar). Hal yang sama juga berlaku bila nasabah memiliki rekening gabungan (joint account) bersama nasabah lain dimana saldo dibagi sama besar diantara pemilik rekening tersebut. Jika simpanan diatas Rp 2 milyar, maka penjaminan akan diselesaikan oleh tim likuidasi berdasarkan likuidasi kekayaan bank.

Lalu bank-bank apa sajakah yang dijamin oleh LPS? Seluruh bank konvensional dan bank syariah yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia baik bank asing, bank swasta nasional, bank pembangunan daerah, bank pemerintah maupun bank perkreditan rakyat dijamin sepenuhnya oleh LPS. Jadi para usahawan kini tak perlu takut lagi untuk menyimpan uang hasil usahanya di bank karena sudah dijamin oleh LPS. Ini juga membuktikan bahwa LPS menjadi sahabat nasabah untuk perencanaan keuangan mereka di masa depan.

Saatnya cerdas dalam finansial

Keuangan yang sehat adalah dambaan tiap orang. Baik para karyawan maupun wirausahawan tentu harus memiliki perencanaan keuangan yang terstruktur dan matang. Bagi wirausahawan, menjadi cerdas secara finansial sangatlah diperlukan demi kemajuan usaha dan menjaga stabilitas bisnis.

Selain menabung, kita juga harus berinvestasi dan memiliki asuransi. Namun yang terutama adalah memiliki tabungan. Menyisihkan dana tabungan harus diutamakan sebelum membayar segala kewajiban kita. Intinya kita harus menyisihkan untuk tabungan, bukan menyisakan.

Dengan adanya LPS, kini kita tak perlu takut lagi dalam menyimpan uang di bank sebagai tabungan. Selain simpanan kita akan dijamin, dengan menabung kita juga diedukasi agar cerdas dalam berfinansial. Tak ada lagi gaji yang hanya numpang lewat. Tak ada lagi besar pasak daripada tiang. Jangan lupakan pepatah menabung pangkal kaya. Ya, dengan LPS kita semua pasti bisa menjadi lebih cerdas dalam mengelola keuangan.

Lembaga Penjamin Simpanan (sumber: www.finansialku.com)
Lembaga Penjamin Simpanan (sumber: www.finansialku.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun