Salah satu kuliner yang hampir terlupakan, bahkan oleh masyarakat Magelang sendiri. Sekilas nasi lesah mirip dengan soto. Isiannya terdiri dari nasi, bihun, tauge, potongan tahu bacem dan ayam yang disiram kuah santan. Oh ya, penyajiannya mengunakan piring, bukan mangkok.
Sego dan mie godhog.
Layaknya mie tektek kuah, mie godhog dan sego (nasi) godhog direbus dengan tambahan sayur, telor dan ayam. Selain itu, mie dan nasi juga bisa dicampur menjadi satu jika ingin mencicipi keduanya sekaligus.
Sop senerek.Â
Ingin mencoba makanan jadul? Sop senerek adalah jawabannya. Kuliner yang sudah ada sejak zaman kolonial ini terdiri dari nasi yang disiram kuah sop yang berisi wortel, bayam, daging sapi dan kacang merah yang menjadi keunikan dan ciri khasnya.
Ingin yang hangat-hangat, wedang kacang bisa menjadi pilihan. Terdiri dari kuah jahe, kacang dan ketan, wedang kacang juga cocok dinikmati bersama sate pisang.
Itulah beberapa kuliner yang bisa menjadi adalan untuk wisata kuliner di Borobudur. Untuk mewujudkan sentra kuliner ini bukan hanya tugas pokdarwis (kelompok sadar wisata) dan para pedagang saja. Peran serta masyarakat sekitar, pemerintah setempat juga intitusi swasta sangat dibutuhkan agar kawasan ini menjadi lebih rapi, sedap dipandang dan profesional.
Dengan manajemen yang baik, bukan tidak mungkin bahwa wisata kuliner Borobudur akan lebih dikenal dan menjadi destinasi wajib bagi para wisatawan. Dengan begitu Magelang akan maju baik dari pariwisata maupun khasanah rasa di lidah. Kemajuan Magelang juga berarti kemajuan Jawa Tengah. Dan kemajuan Jawa tengah juga menjadi kemajuan serta mempertegas status pariwisata Indonesia di mata dunia.
Semoga saja mereka yang datang ke Borobudur bukan hanya sekedar menikmati dan mensyukuri pemandangan dan keindahan alamnya saja, tetapi ada sesuatu hal lain yang membuatnya makin terpesona.
Ah, betapa indahnya alam dan sajian nusantara di tanah Jawa..