[caption caption="David Moyes 'The Chosen One' || (sumber: dailymail.co.uk)"]
Siapa penggantinya? Louis Van Gagal. Ya, bukan Van Gaal tetapi Van Gagal karena ia juga tak sanggup memenuhi ekspektasi dan harapan publik Old Trafford. Van Gagal dan MU tak lebih baik dari horor esek-esek Moyes. Bedanya Van Gaal menambahkan sedikit bumbu artis-artis JAV seperti dalam Menculik Miyabi (2010) atau Suster Keramas (2011) yang sedikit menarik minat fans fanatik Maria Ozawa dan Sora Aoi.
Seperti sudah disebutkan, nama besar dan prestasi Meneer sedikit menarik kembali harapan fans yang ingin melihat MU berjaya. Kenyataannya, lagi-lagi kisah Gita Cinta itu harus pupus. Meski memberikan sedikit prestasi, fans sudah kadung benci pada Van Gaal karena permainan membosankannya, ditambah kegagalan untuk finis empat besar di musim terakhirnya.
Setelah Mister Bean 'The Chosen One' dan Van Gagal, munculah nama Jose Mourinho 'The Special One'. Sebenarnya menjelang musim 2015/2016 berakhir, isu Mou akan mengisi kursi pelatih santer terdengar. Apalagi jika MU kalah, gosip itu makin kencang berhembus meski berkali-kali ditepis oleh Van Gaal. Mou disebut-sebut sudah menandatangani perjanjian pra-kontrak untuk melatih musim depan, atau jika pelatih saat ini (Van Gagal) dipecat di tengah musim. Walhasil, saya melihat cerita ini seperti kisah poligami. Manchester United yang sudah beristrikan Louis Van Gaal masih mencoba membujuk atau mungkin sudah menikah siri dengan Jose Mourinho, seperti kisah Fahri, Aisha dan Maria dalam Ayat-ayat Cinta (2008).
[caption caption="LVG || (sumber: permiereleague.com)"]
Penunjukkan Mou sebagai pelatih baru menimbulkan pro-kontra. Pertama, Mou dinilai bukan solusi jangka panjang untuk prestasi berkesinambungan, ia hanyalah solusi jangka pendek untuk mempersembahkan trofi. Mou bukanlah jenderal yang siap memimpin peperangan, ia hanyalah serdadu bayaran yang tangguh dalam berperang. Kedua, filosofi Mou jauh berbeda dengan permainan MU yang memiliki visi. Mou adalah pelatih pragmatis yang berpikir bahwa kemenangan adalah mencetak gol lebih banyak dari lawan, tak peduli sebagus atau seburuk apa permainan yang ditampilkan di atas lapangan. Ketiga, Mou lebih suka mengandalkan pemain jadi yang dibeli dengan harga mahal. Sangat kontras dengan MU yang konsisten mengorbitkan pemain muda yang bermetamorfosis menjadi pemain andalannya di masa depan.
Meski demikian, publik Old Trafford dan para fans menaruh harapan besar pada Mou untuk mengulang kisah Gita Cinta dari SMA. Padahal Mou sadar yang ia lakukan adalah mencoba me-remake kisah tersebut menjadi Galih dan Ratna. Namun para penonton tak peduli dan terus memaksa. Maka jadilah sebuah film, menurut versi keduanya, berjudul Gita Cinta dari Old Trafford: Mourinho dan MU (2016-?).
***
Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, Galih dan Ratna memang fenomenal, namun di era milenial saat ini sosok dua sejoli itu sudah tergantikan oleh Rangga dan Cinta. Mungkin kita dibuat berpikir bahwa Mourinho sedang mengerjakan proyek Galih dan Ratna, namun sebenarnya ia ingin membuat kisah Rangga dan Cinta. Ya, bagi Mou biarlah Ferguson dan MU menjadi Galih dan Ratna dengan kisahnya yang kekal dan abadi. Ia ingin merajut kisah yang lebih modern dan kekinian.
Sayang seribu sayang, meski ingin menjadikan kisah dirinya dan klubnya saat ini seperti kisah Rangga dan Cinta, saya melihatnya bukan seperti film pertamanya, melainkan sekuelnya, Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016). Lalu apa bedanya? Jujur saja, bagi saya pribadi kisah Rangga dan Cinta sudah diakhiri dengan sempurna kala Rangga meninggalkan Cinta yang menangis sesenggukan di bandara. Sekian. Tak perlu ada lanjutan. Akan tetapi, animo masyarakat yang cukup besar dan fans setia yang terus mendesak akhirnya meluluhkan hati Mira Lesmana dan Riri Riza untuk melanjutkan kisah Rangga dan Cinta setelah terluntang-lantung selama 14 tahun! (Bayangkan 14 tahun! Yang kamu lakukan kepada saya itu jahat!)
[caption caption="Rangga dan Cinta || (sumber: bintang.com)"]