Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kenang-kenangan untuk Profesor Arsene

1 Mei 2017   07:32 Diperbarui: 1 Mei 2017   11:27 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Arsene Wenger & FA Cup || (sumber: huffingtonpost.co.uk)"][/caption]

Saya pernah bertanya pada salah satu teman saya yang merupakan fans berat dan fanatik Arsenal, bagaimana rasanya menjadi suporter dari klub ibukota Inggris tersebut. Bukan jawaban sedih, senang, bangga, keren dan lainnya yang saya dapatkan. Ia menggambarkannya hanya dengan satu kata: GREGETAN!

Rasanya wajar bila fans The Gunners gregetan melihat penampilan tim kesayangannya. Selalu tampil meyakinkan di awal musim hingga menjadi kandidat juara, namun juga selalu kehabisan bensin menjelang putaran terakhir, seperti penampilan playmakernya yang juga punya penyakit letoy di menit-menit akhir laga.

Mungkin mereka lupa bahwa Arsenal dipimpin pelatih jenius yang dijuluki 'Profesor' dengan target finis minimal empat besar dan menjual pemain terbaiknya dengan harga tinggi di setiap musimnya. Musim ini disinyalir Profesor menargetkan misi serupa. Mereka sedang berjuang untuk setidaknya finis di posisi empat. Selain itu, menurut kabar burung pemain terbaiknya juga siap-siap masuk etalase penjualan. Si pemain yang kebetulan juga ingin 'ditutup' oleh pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru jika sudah menjabat Oktober nanti.

Who is Professor?

Awalnya tidak ada yang mengenal si Profesor Arsene saat diperkenalkan sebagai pelatih baru Arsenal. Ia memang sempat menimba pengalaman dan sukses di tanah kelahirannya sebelum merantau selama setahun di negeri Miyabi. Kembali ke Eropa dengan menukangi tim Inggris, Profesor menunjukkan kelasnya sebagai pelatih yang patut diperhitungkan.

Periode akhir 90-an dan awal 2000-an menjadi era kesuksesan si Profesor. Bersama kakek bangkotan yang memimpin klub dari kota belakang kulkas, mereka bergantian menguasai Inggris. Puncaknya pada musim 2003/2004, The Gunners sukses mencetak sejarah sebagai The Invicibles, satu-satunya tim yang tak pernah kalah di liga dalam satu musim. Rekor yang belum mampu dipecahkan atau disamai oleh tim manapun di Inggris sampai saat ini.

[caption caption="The Invicibles Squad || (sumber: premiereleague.com)"]

[/caption]

Namun setelahnya, Arsenal mengalami moon walk effect atau kemunduran secara teratur. Kedatangan Papi-Papi Gula penjual minyak dari Rusia dan Arab turut menyingkirkan The Gunners dari persaingan yang kian ketat. Bahkan fans harus menyaksikan tim pujaannya puasa selama 9 tahun! Meski dalam tiga tahun terakhir mereka telah berbuka puasa. Hal itu tidak mengubah pendirian para fans, Profesor harus out!

No more St. Totteringham's Day!

Dua dekade menukangi Arsenal dengan bergelimang gelar di 10 tahun pertama, namun tahun-tahun berikutnya miskin prestasi dan hanya memiliki target masuk zona empat besar. Ditambah para pemain terbaik dan kesayangan Gooners juga dilego satu per satu. Ini membuktikan bahwa Profesor Arsene memang gagal sebagai pelatih namun sukses sebagai manajer (penjualan). Bila ia membuka lapak e-commerce, cap 'Recomended Seller' sudah tertempel di jidatnya.

Namun belakangan ini ada satu hal yang setidaknya masih bisa dibanggakan oleh fans Arsenal. Mereka selalu merayakan St. Totteringham's Day, hari dimana perolehan poin di klasemen selalu diatas Tottenham Hotspurs dan tidak mungkin terkejar. Lebih tepatnya untuk menegaskan bahwa merekalah klub terbaik di London utara. Sayangnya laga pada Minggu (30/4/17) gudang peluru malah takluk di tangan tim ayam sayur. Musim ini Spurs bisa jumawa karena akhirnya finis di atas Arsenal setelah di-bully selama 22 tahun!

Apa tanggapan Profesor Arsene?

"Kami tak pernah punya target untuk finis di atas Spurs. Kini, kami berjuang untuk finis empat besar dan memenangi satu piala."

Bagai sambaran petir di siang bolong, inilah 'pengakuan' super jujur dari si Profesor jenius. Tak heran bila sikap para Gooners seperti kaset kusut yang diputar berulang-ulang. Dengan side A berjudul "In Wenger We Trust" lalu kembali ke side B, "Wenger Out!"

Dan begitulah kura-kura yang terjadi tiap musimnya.

[caption caption="Wenger Out! || (sumber: skysports.com)"]

[/caption]

Hadiah Terakhir

Arsenal memang memiliki peluang juara setelah masuk ke babak final piala lokal usang (karena berusia ratusan tahun). Namun lawan yang mereka hadapi adalah pemimpin klasemen liga yang juga berhasrat menjadi juara. Profesor Arsene jelas ingin memberikan sesuatu yang mungkin menjadi hadiah terakhir dan kenang kenangan darinya untuk pasukan gudang peluru.

21 tahun agaknya sudah cukup dan sekaranglah waktunya untuk pergi. Fans menginginkan sosok pelatih dengan ide baru, hasrat baru, gairah baru serta bermental juara. Profesor juga tak perlu malu karena ia sukses mencetak rekor pribadi sebagai pelatih kedua terlama yang melatih satu klub, di bawah kakek bangkotan. Setidaknya ia bisa bangga menjadi pelatih terlama yang minim gelar.

Mari bayangkan skenario terburuk. Bagaimana bila Arsenal kalah di final piala FA, ditambah kegagalan finis empat besar serta harus bermain di Liga Malam Jumat musim depan. Tentu ini akan semakin memuluskan langkah profesor keluar. Ia sadar bahwa dua piala lokal usang dan dua piring cantik yang ia raih dalan tiga tahin terakhir tak cukup untuk memuaskan para Gooners.

Lalu apa yang menjadi kenang-kenangan yang pantas untuk profesor? Yah.. Semoga saja ada golongan fans yang tak terima bila Wenger harus out dan sulit untuk move on. Mungkin saja setelah mengumumkan ia berhenti di akhir musim, akan ada ratusan bahkan ribuan karangan bunga 'made in rawabelong' yang menghiasi lapangan Stadion Emirates. Ya, sesuatu untuk menunjukan bahwa Wenger begitu dicintai oleh para fans meski ia bukan gubernur London yang baru saja kalah dalam election dan juga tidak sedang tersandung kasus penistaan agama.

Inilah kenang-kenangan terakhir untuk Profesor Arsene. Kenang-kenangan untuk pelatih petahana yang gagal dipilih untuk memimpin di periode berikutnya musim depan.

[caption caption="Profesor Arsene || (sumber: dailymail.co.uk)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun